Undangan untuk rapat pembentukan pun dicetak. Beberapa diserahkan langsung kepada yang bersangkutan, ada juga dalam bentuk pamflet dan di tempel di majalah dinding.
"Wah, keren ini! Baru sekarang rapat pembentukan panitia diumumkan. Aku bisa ikut bergabung. Hampir 4 tahun kuliah di sini nggak pernah merasakan jadi panitia, datang yuk!" ujar Mas Firdi.
 "Lumayan, lho, buat pengalaman dan kenang-kenangan sebelum diwisuda," sambung Mas Rahman sambil terkekeh.
Rapat yang pada awalnya diagendakan hanya satu jam, ternyata mundur hingga tiga jam. Dikarenakan banyak senior yang bercanda. Tetapi, syukurlah rapat bisa mencapai keputusan dan mufakat, meskipun sempat diwarnai perselisihan karena  ide tidak sejalan.
"Oke, rapat akan segera kita akhiri. Namun, sebelumnya saya akan bertanya. Â Saudari Ranti Eka Putri, bersediakah Anda menjalankan tugas sebagai ketua panitia pada acara seminar kita nanti? Sebagaimana telah disepakati oleh forum, bahwa Anda yang terpilih, berarti Anda yang akan memimpin kepanitiaan ini selanjutnya," tanya Mas Tomy dalam rapat.
Aku yang dari tadi asik memandangi wajah tampan Mas Edwin tersentak dan hanya diam termangu. Apa alasannya Mas Edwin memilih aku? Apa karena aku perempuan satu-satunya di sini? Apa ini  artinya Mas Edwin memberi kesempatan aku lebih dekat dengannya?
Aku hanya diam tergagu sambil tengok kanan kiri. Ketika akhirnya tersadar, Pak Hardjo --dosen  matematika yang disiplin  telah berdiri di samping bangku  dan melihat aku tertidur nyenyak saat kuliah berlangsung.
Tamat