"Hmm, baik terima kasih adik-adikku semua. Saya bangga sekali punya junior-junior yang perhatian dan suka membantu pada senior. Terima kasih usulnya, siapa itu tadi namanya? Deny, ya?" Sambil celingukan mencari wajah Deny di barisan, Mas Edwin melanjutkan kalimatnya.
"Terima kasih, Deny, di satu sisi kamu meringankan tugas panitia. Tetapi, di sisi yang lain, kamu menjerumuskan kakak-kakakmu ini ke jurang kenistaan, kenapa coba? Kalo ada yang sepulang dari sini berbadan dua, dan langsung tutup buku buka tenda biru, apalah jadinya awak?" jawab Mas Edwin dengan logat Batak sambil  memegang jidatnya. Semua yang hadir pun tertawa terbahak-bahak.
***
"Hai! Ranti!" teriak Mas Tomy dari kejauhan. Melambaikan tangan sambil berlari kecil dia menuju ke arahku.
"Iya, Mas, ada apa?" tanyaku.
"Kamu sudah selesai kuliah hari ini? Masih ada kuliah lagi, nggak?" tanya Mas Tomy membuat penasaran.
"Sebenarnya masih ada sih, Mas, satu mata kuliah lagi. Tapi tadi Pak Hardjo nggak ngajar di kelas sebelah. Bisa jadi kosong. Kenapa, Mas?"
"Hmm, kita ngobrol di Hima aja, yuk! Banyak yang mau dibahas," ajak Mas Tomy. Membuat aku makin penasaran saja.
Sampai di ruang sekretariat Himajur, di sana sudah ada beberapa mahasiswa. Kami diminta untuk mendekat dan mengobrol sebentar membahas apa  yang sudah jadi program kerja Himajur.
"Jadi begini, kita 'kan punya program di Himajur. Sebelumnya program-program itu sudah diketahui oleh rektor dan pasti mendapat ijin jika diselenggarakan. Tetapi kita harus mengurus perijinan resmi dan kepanitiaan yang sah." Mas Tomy menjelaskan maksud dan tujuan acara.
"Kali ini program kita adalah seminar. Jadi, saya minta tolong kita  semua mau terlibat dalam kepanitiaan ini. Gimana? Sanggup 'kan? Nanti kita ajak beberapa teman lain untuk bergabung dalam kepanitiaan," lanjut Mas Tomy.