"Di ... hatimu." Dengan tersipu aku menjawab.
Rama tersenyum. Serasa bunga-bunga bermekaran di sekeliling kami.
"Mel..." Dia memanggilku lembut penuh perasan.
Krompyang!
Di ujung gerbang, kucing tetiba melompat keluar dari tong sampah. Aku terkejut.
"Eh ... Kunyuk ...." ucapku latah.
Rama tersenyum geli.
"HUSSHHH! Kucing mengagetkan saja," kilah Rama.
"Terima kasih, ya, kamu sudah jujur. Puisimu bagus. Mungkin ini jawaban dari puisimu. Kita bisa berteman lebih dekat 'kan? Maksudku, pacaran ..." bisik Rama membuatku melayang.
"Tapi Kak, justru aku yang minta maaf. Kalau tidak berkenan, maaf ya telah lancang!" Aku masih belum percaya dengan pendengaranku.
"Kamu nggak salah, terima kasih sudah jujur. Mau 'kan menerimaku?" tanya Rama. Aku hanya tersenyum dan menundukkan kepala.