Mohon tunggu...
Purbo Iriantono
Purbo Iriantono Mohon Tunggu... Freelancer - Jalani inspirasi yang berjalan

"Semangat selalu mencari yang paling ideal dan paling mengakar" merupakan hal yang paling krusial dalam jiwa seorang yang selalu merasa kehausan kasih...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Derrida dan Indonesia: "Wonderful!"

20 Agustus 2020   06:47 Diperbarui: 20 Agustus 2020   06:47 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kehidupan yang sejati harus mengandaikan kematian sejati. Zombie merupakan "kortsleuting" (korslet) dari logika distingsi pada umumnya. Karena mengandung kedua kutub (hidup dan mati), maka juga sekaligus tidak memiliki kedua kutub tersebut; zombie tergolong dalam tatatan asing ( different order of things ); singkatnya, dalam istilah kehidupan dan kematian, zombie itu "tidak dapat diputuskan" ( it cannot be decided).

Konon, istilah populer yang tersebar di Hollywood, zombie itu "misteri yang dilarang untuk diyakini, bahkan meskipun itu benar ada dan ada benar." Singkatnya lagi, "undecidables" (ketidak-dapat-diputuskan) itu MENGANCAM, mereka meracuni rasa nyaman karena kita sedang dan selalu mendiami dunia yang diatur atau dikelola berdasarkan kategori "decidable" (berketetapan atau berkeputusan).

Terma "hidup" dan "mati" dari sudut OPOSISI BINER :  yakni sepasang terma yang bertentangan yang masing-masing saling terkait untuk memunculkan makna. Ada banyak oposisi seperti itu, dan semuanya diatur berdasarkan perbedaan atau distingsi. Atau ini atau itu; either/or. Bila ini kita terima,  maka terbentuklah tatanan konsep. 

Oposisi biner meng-golong-golongkan (classify)  dan mengorganisasi obyek, kejadian, dan relasi. Oposisi biner memungkinkan kita untuk membuat keputusan, dan inilah fondasi pemikiran sehari-hari, juga pemikiran filsafati, teori dan sains.

"Undecidables" (selanjutnya penulis singkat dengan akronim UDC)  mengacau-balaukan logika oposisi.  UDC menyalip kedua ujung atau sisi  oposisi tapi sekaligus mengandung ketidaksesuaian pada setiap sisi atau ujung tersebut.  UDC melampaui semua kemungkinan makna oposisi. Dan karena itu-lah UDC senantiasa mempertanyakan prinsip dasar oposisi.

UDC menunjukkan dimana letak runtuhnya tatanan klasifikasi: UDC menandai batas dari tatanan.  Sebagaimana semua UDC, zombie menginfeksi (menjangkiti) kelompok-kelompok oposisi di-sekitaran-nya. Zombie membutuhkan atau selalu  haus akan kategori yang stabil, gamblang dan permanen (menetap).

Tapi apa yang akan terjadi dengan "white/black", " master/servant", and "civilized/primitive",  bila kolonialis putih juga bisa menjadi budak zombie-nya kekuasaan kulit hitam?  Dapatkah "white science/black magic" tetap tidak bergeming, bila terkadang yang bekerja efektif pada zombie justru "white-magic" - agama Kristiani, daya cinta kasih atau moralitas unggul? 

Sejauh mana tingkat kepastian atau keyakinan pada  (how certain) oposisi "inside/outside", bila jiwa internal-nya zombie  di ekstraksi ( dipancarkan) dan kekuatan atau daya eksternal menjadi daya sisi dalam internalnya? 

Adakah makna mapan dan mantap dalam oposisi " maskulin" dan "feminin"; juga antara " buruk"  dan "baik", ketika zombie pada umumnya justru tidak mengenal perbedaan diantara kedua jenis kelamin (desexualized), dan tidak punya daya bahkan untuk membedakan jenis kelaminnya?

Karena alasan di atas-lah, zombie jadi bersifat mempesona sekaligus menakutkan.  Zombie meracuni sistem tatanan, dan sebagaimana setiap UDC maka ia harus dipulihkan kembali ke tatanan. Tapi bagaimana cara memulihkannya kembali ke tatanan? Zombie tidak dapat mati atau dibunuh karena ia telah mati? Satu-satunya cara adalah dengan memutuskan ketidakberketentuannya (UDC). 

Sang tokoh magis atau sosok linuwih harus memutuskan (to decide) zombie, agar kembali ke salah satu ujung sisi dari oposisi. Zombie harus dijadikan mayat atau makhluk hidup selayaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun