Mohon tunggu...
Purbo Iriantono
Purbo Iriantono Mohon Tunggu... Freelancer - Jalani inspirasi yang berjalan

"Semangat selalu mencari yang paling ideal dan paling mengakar" merupakan hal yang paling krusial dalam jiwa seorang yang selalu merasa kehausan kasih...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Derrida dan Indonesia: "Wonderful!"

20 Agustus 2020   06:47 Diperbarui: 20 Agustus 2020   06:47 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Analogi terdekat, menurut penulis, beliau disepadankan dengan gardu listrik yang selalu di lekatkan peringatan :"Awas bahaya, tegangan tinggi!". Meskipun, kontribusi sang gardu tidak ternilai bagi pencerahan; tapi siapa berani dekat dengannya?

Prestasi beliau yang sangat kontroversial ini pun sebanding dengan kontroversi sejarah kelahirannya. Derrida dilahirkan di Aljasair pada tahun 1930, dari keluarga kelas menengah bawah, keturunan Yahudi  (Sephardic). 

Ia banyak menghabiskan masa pendidikan dan pengajaran akademiknya di Perancis di bidang filsafat yang saat itu sedang dibanjiri oleh kegemaran pada ajaran Marx dan Hegel. Ia pernah berniat menuntaskan tesis doktoralnya di ranah fenomenologi Husser, tapi ia batalkan sendiri. 

Alasan beliau adalah pertanyaan :"Apakah mungkin menulis sesuatu yang beraroma filsafat di dalam batas tesis yang bersifat akademik ketat?" Perlu diketahui, fenomenologi itu dirintis oleh Husserl, seorang ahli matematika yang juga tidak puas dengan kondisi ketidakpastian dalam ilmu pasti dan "terjerumus" ke dalam jurang filsafat; namun justru pada akhirnya ,-sebagian-,  ajaran beliau jadi pembuka jalan untuk aliran eksistensialisme, dan digandrungi para penggila ilmu psikologi (analitik).

Kembali ke masalah dekontruksi Derrida, hal yang menarik bagi penulis adalah preferensi beliau pada  tulisan (writing) yang membalikkan tekanan dasar pemikiran Barat pada ucapan (speech). Hal ini terkait erat dengan pembacaan beliau pada inti pemikiran Plato, khususnya dalam "Plato Pharmacy".  

Pembacaan beliau pada karya Plato tersebut, didasarkan pada titik-tolak cara hidup virus, yang, pertama dalam komunikasinya bersifat selalu " menggelincirkan/memelesetkan"(derailing), dan kedua, virus bukanlah mikroba, virus bukan makhluk hidup bukan pula benda mati. Dengan menelusuri utas (thread) ini sampailah ia pada pemahaman tentang matriks.

Kita dapat menyebut utas kedua tersebut bersifat UNDECIDABILITY; bila virus bukan yang hidup atau bukan pula yang mati, maka posisi kebingungan (relasi kontradiktif)  ini kita sebut "undecidability". 

Kita telah mafhum bahwa " undecidability" merupakan utas (thread) untuk landasan tradisionalnya filsafat. Namun, utas (thread) undecidability ini juga dapat kita tarik atau geser dari yang "di luar" filsafat, yakni dalam layar tancap eh! layar lebar atau cinema...

Ingat film Zombie? :"She's dead yet alive! She's alive yet dead!" Zombie adalah jenis atau macam terror yang khas atau unik; tubuh tanpa jiwa, pikiran dan kehendak atau pembicaraan (speech). Jelasnya, zombie adalah mayat yang teraktivasi-ulang, tubuh hidup tanpa jiwa dan tanpa pikiran yang merupakan hasil olah karya penyihir.

Perjumpaan dengan zombie adalah perjumpaan yang mencemaskan. Apa jadinya bila distingsi rasionalis ala Barat terkait "hidup" dan "mati" tidak lagi berlaku? Namun apapun skenarionya, hanya ada satu model dasar zombie, yakni Alive but Dead, Dead but Alive dalam ranah budaya yang secara ketat memila-milah tegas antara yang hidup dari yang mati; eksistensi zombie menyanggah keharusan dan kepastian budaya karena ada di ruang di antara hidup dan mati.

=Antara hidup dan mati - hanya ada ruang tak berketentuan (uncertain). Zombie BISA hidup ATAU mati, namun realitas zombie memangkas (cut across) kategori ini: bisa jadi zombi itu mencakup keduanya BAIK hidup DAN mati, serentak (dan sebangun)  pula zombie TIDAK hidup dan TIDAK mati, karena zombie tidak berada diujung kedua pangkalnya (pangkal hidup dan pangkal mati). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun