SS: Emang Bapak yakin, yang mereka bilang?
MS: Pak, MR itu punya jaringan yang sangat kuat. Apa yang dia mau, biasanya tercapai, kecuali mem-presidenkan Prabowo. Tapi, dia kan bukan pejabat pemerintah atau politik. Kalau SN itu, sebenarnya lebih tepat jadi pengusaha. Maksud saya begini, Pak Menteri. Kalau kita beberkan rekaman ini, otomatis, citra Pak Menteri akan jadi baik. Freeport juga akan dianggap anti korupsi. Mungkin dengan demikian, Pak Presiden juga akan lebih lunak sama Freeport. Lagipula, Partai Perjuangan akan berutang budi sama Bapak, karena sudah bantu mereka melenyapkan dua orang yang mereka tidak sukai ini, SN dan MR. Citra Bapak juga akan membaik, yakin saya, itu.
SS: Bisa jadi bumerang, ga, Pak?
MS: Pak, semua kan ada resikonya. Mohon maaf, saya rasa, kalau untuk Bapak, 'nothing to lose'. Kalau untuk Freeport, kami masih banyak cara, kok. Dubes juga siap membantu. Seburuk-buruknya, ya kita bangun saja smelter nya. Apa pemerintah bisa batalkan kalau kita bangun? Kan ga bisa.
SS: Kalau begitu, kita atur skenarionya, Pak.
Â
Di warung kopi Wak Nur, Medan.
AM: Bah, kacau kali menteri kita ini, masa gampang kali mau perpanjang ijin Freeport.
AM: Emang napa, Bang?
AM: Kamu tahu gak, semua tambang lokal tutup gegara UU no. 9 thn 2009 tentang Minerba. Tidak boleh ekspor mineral mentah. Ini, Freeport sampai sekarang masih ekspor konsentrat mineral. Kok pemerintah bukannya membela pengusaha lokal, malahan perusahaan asing yang dibela. Sudah itu, pemerintah kita ini, mau kasih perpanjang ijin Freeport sebelum jatuh tempo, harusnya kan 2 tahun sebelum berakhir ijinnya.
AM: Kan kita diuntungkan, Bang.