SS: Bagaimana kalau kita bikin perubahan aturan saja, Pak? Toh, dari jaman Pak SBY, mereka sudah diberi keringanan ekspor konsentrat, kok, Pak.
JKW: OK, coba Pak Menteri siapkan dulu, nanti kita diskusikan lagi.
Â
Lalu, terjadi reshuffle, dan Menko diganti menjadi RR.
RR: Pak Presiden, mengenai Freeport, saya punya pemikiran sendiri
JKW: Gimana Pak Menko?
RR: Saya ada tiga tuntutan ke Freeport. Bagi hasilnya gila, hanya 1%. Masa rendah begitu, Pak. Terus mengenai limbah dan divestasi. Saya rasa itu harus, Pak.
JKW: Iya, saya juga pikir begitu. Kita harus manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan negara dan bangsa. Kemaren, menteri esdm infokan kalau mereka keberatan bangun smelter kalau tidak ada kepastian perpanjangan izin.
RR: Setuju, Pak Presiden! Kalau mengenai perpanjangan ijin, saya rasa tidak perlu sekarang Pak Presiden. Masa jaminan lisan dari Presiden masih mereka ragukan. Tapi, saya dengar Menteri sdh beri lampu hijau perpanjangan ijin.
JKW: Oh ya? Yang penting mereka mau ikut syarat kita, sebenarnya kita pasti berikan perpanjangan. Saya mau semua nya dirubah. Yang penting untuk bangsa dan negara, terutama rakyat Papua juga. Sampai sekarang, tidak ada sumbangsih berarti.
Â