AM: Kenapa gak dikasih ke BUMN Indonesia aja, Bang?
AM: Bercanda kau. Emang ada BUMN yang menguntungkan Indonesia? Ntar semua rebutan kue lagi? Ini kalau kita kasih sama BUMN Tiongkok, tinggal hitung hasil aja. Kalau BUMN kita yang urus, hahaha, sudah tahu lah kau, macam mana ujung ceritanya.
AM: Iya pulak, ya, Bang. Tapi, nanti kita dituding gak nasionalis, Bang.
AM: Kita kan harus tegas dan jelas. Sekarang, emas 16juta kilo, sesudah ditambang dan diproses BUMN lokal, bisa-bisa hasil jadi 100 ribu kilo saja. Lagi pula, nanti mereka minta uang untuk bangun PLTA dan Smelter. Target pajak kita saja gak kesampaian. Apalagi, anggota DPR yang angkatan 98 itu, kan nolak penyertaan modal ke BUMN. BUMN itu harusnya menyetor ke Indonesia, bukan malah uang pajak kita dipakai untuk mereka. Kalau diproses Tiongkok, dari 16 juta kilo, kita bisa dapat setidaknya 90%nya. Tinggal awasi hasil produksinya saja. Coba kau hitung dulu, berapa kilo itu. Nah, lebih nasionalis mana, coba?
AM: Hadeuh, kayaknya Abang lebih cocok deh jadi Menteri daripada Sudirman Said.
AM: Hah, bisa saja kau. Sebenarnya kalau pintar, kalahnya Abang dibanding Sudirman Said. Cuman, inikan logika dan cinta negara saja yang bisa menjelaskan ini.
AM: Mudah-mudahan burung-burung di pohon ini menyampaikan ke Presiden ide Abang ini. Biar tahu rasa Freeport ini.
AM: Hanya burung yang bisa lewati paspampres ya, .......
AM+AM: hahahahaha.......
*AM = Anto Medan, *AM = Anak Medan.
Kalau inisial yang lain, namanya di dunia mimpi, tebak-tebak sendiri saja, deh.