Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengertian Imlek dari Awalnya

31 Januari 2019   09:37 Diperbarui: 2 Februari 2019   00:21 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si pengemis tua itu bagaimanapun juga tidak mendengarkan nasehat untuk keselamatannya, malah dengan senyum mengatakan, nanti biarlah kuusir binatang buas itu. 

Nenek akhirnya juga putus asa dan membiarkan saja pengemis yang berkepala batu itu disana, dengan tergesa-gesa mengikuti masal meninggalkan desa.

Segera pengemis itu mulai mempersiapkan tindakan penyelamatan diri, berdasarkan keyakinannya bahwa warna merah bisa menangkis segala kesialan, maka memberi wewarna merah di sekitar pintu masuk gubuk nenek itu, dan membakar potongan bambu untuk menyalakan rumah supaya terang benderang, maka siaplah menunggu kedatangan Xi di tengah malam.

Tiba waktunya, Xi sungguh pada berdatangan, mereka merasa suasana rumah nenek tersebut lain dari pada tahun-tahun sebelumnya, seketika itu juga tercengang melihat adanya warna merah yang melapisi pintu masuk, dan mulai bergemetaran melihat ada bakaran api yang terang benderang di dalam rumah, sewaktu bambu-bambu dalam pembakaran meletus, Xi pada berlarian karena ketakutan dari suara cetusan itu.

Syair Tahun Baru dalam warna merah menglilingi pintu rumah Tionghoa. (Gambar dari Chrislb).
Syair Tahun Baru dalam warna merah menglilingi pintu rumah Tionghoa. (Gambar dari Chrislb).
Lampion Imlik. (gambar dari Paul Louis)
Lampion Imlik. (gambar dari Paul Louis)
Penyulutan petasan. (gambar seehua news)
Penyulutan petasan. (gambar seehua news)
Esok paginya adalah tahun baru, penduduk desa juga mulai kembali ke kampung, dan sang nenek menjumpai si pengemis tua yang baik-baik saja di rumahnya, sambil kagum dan tidak bisa mempercayai apa yang dilihat, maka menanyakkan bagaimana semalam tadi bisa lolos dari keganasan Xi? Tenang saja pengemis menjawab, 

Xi itu takut warna merah, bakaran api yang terang benderang, dan suara cetusan. Xi itulah nama binatang buas mitos yang pada setiap malam tahun baru harus diusir, maka menjadi adat Tionghoa membuang segala kesialan pada saat menjelang Imlik dengan ritual yang serba warna merah, membakar api unggun atau menyalakan lampion merah, dan menyulutkan petasan untuk menyambut tibanya tahun baru. Demikianlah, Tionghoa juga menamakan Malam Tahun Baru Imlik tersebut "malam pembasmian Xi" yaitu Chu-xi . 

Sejak terbentuknya Republik Tiongkok, dalam pelajaran di kitab sekolahan, Nian itu disalahkan sebagai nama binatang mitos yang buas Xi, hal ini masih terus dikutip dalam tulisan yang berdasarkan ajaran lama. 

Ternyata kosa kata Nian berarti "pertanian gandum sudah matang". Di zaman dulu kala, sewaktu setahun dimulai dari hari Tang-ci, dimana pertanian gandum sudah matang, disanalah artinya setahun yaitu satu Nian, satu fase panen gandum.

Semula cara Tionghoa menyambut Imlek hanya berkumpul di rumah dan berukun sekeluarga untuk menyambut "keajaiban hidup", karena kita berhasil bertambah umur satu tahun, maka pada malam tahun baru Imlek bagi setiap keluarga juga berarti "mempertahankan umur"  bersama.

 Kebiasaan sekeluarga mempertahankan umur di malam tahun baru itulah yang merupakan sebab musabab adanya masa Mudik Imlek, sampai sekarang setiap tahunnya di Tiongkok "tutup" selama 2 minggu, tidak ada orang yang mau bekerja, termasuk pemerintahannya, semua pada pulang kampung halaman masing-masing. 

Awalnya di zaman Cheng Ho dalam abad 15, akibat Cina Ming selama 50 tahun sebelumnya mengadakan transmigrasi yang luar biasa besarnya, dimana Tionghoa yang penuh sesak di utara dipindah paksakan kedaerah yang lebih longgar penduduknya di selatannya Sungai Yangtze, dari situ mulailah pada setiap masa Imlek terjadi mudik pulang kampung untuk bersama "mempertahankan umur" dengan orang tua di tempat asal mereka yang ditinggalkan. Maka juga sejak zaman itulah Imlek dirayakan selama 2 minggu, dan selesai pada malam bulan purnama pada tanggal 15 bulan pertama yaitu Cap-goh-meh .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun