Mohon tunggu...
Annisa Zaenab Nur Fitria
Annisa Zaenab Nur Fitria Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Saya seorang psikolog klinis berlisensi dan pembaca di dunia anak-anak dan keluarga. Dalam kedua peran tersebut, saya percaya bahwa hidup kita terbuat dari banyak cerita. Dalam praktik saya, saya bertanya, menantang, dan memberdayakan pemikiran dan pola yang dibawa orang-orang dalam cerita mereka–dan memberikan makna yang lebih dalam.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

"Si Kecil" dalam Diri, yang Turut Memengaruhi Cara Kita Mencintai

29 Februari 2024   12:20 Diperbarui: 1 Maret 2024   00:50 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu sudah dewasa, terkadang kita bisa merasakan ketakutan untuk dekat atau bahkan enggak bisa benar-benar hadir secara emosional. Ada juga yang sampai curiga terus sama niat dan gerak-gerik orang lain, lho! 

2. Self-reliance

Jika sewaktu masa anak-anak pengasuh kita cuek secara emosional, bisa jadi itu yang bikin kita lebih mandiri dan percaya diri. Tapi, lama-lama, bisa saja kita jadi kesulitan minta bantuan atau bergantung sama orang lain. Malah mungkin kita lebih pilih enggak mau terlalu dekat atau terikat sama orang lain.

Kalau sudah begitu, kita bisa saja jadi santai, meremehkan pasangan, atau berpikir kalau enggak perlu banget melibatkan mereka dalam proyek-proyek kita. 

3. Emotional expression

Sewaktu kecil apabila kita enggak pernah mengalami berbagai macam emosi, bisa jadi menjadi lebih susah untuk mengenali emosi orang lain atau bahkan diri kita sendiri. Proses kita dalam menunjukkan emosi juga bisa jadi kacau, alias disebut sebagai 'disregulasi emosional'.

Menurut Rachel Kaplan, yang ahli di bidang sosial klinis, kalau kita kurang paparan sama emosi saat masih anak-anak, kita bisa enggak belajar cara meniru emosi itu.

Nah, akibatnya, sebagai orang dewasa, kita menjadi sulit untuk mengidentifikasi, mengakui, atau menanggapi emosi diri sendiri atau emosi pasangan.

Bisa juga kita jadi merasa enggak enak kalau disuruh buka-bukaan, kurang nyaman sama keintiman, atau susah banget menunjukkan perasaan kita. Serba sulit, ya!

4. Uncertainty

Kalau saat kecil kita enggak dapat kepastian yang konsisten, bisa jadi kita enggak akan pernah merasa benar-benar aman, kata Dr. Judy Rosenberg, psikolog dari Los Angeles.

Akibatnya, bisa kurang percaya diri, meski di luar kelihatan mandiri. Jadi, pas sudah jadi orang dewasa, bisa saja kita lebih suka stay di zona nyaman dan nge-avoid pengalaman baru sama pasangan. 

Siapa yang setuju jika pengalaman masa lalu itu memiliki kekuatan luar biasa terlebih untuk membentuk hubungan romantis kita saat ini.

Banyak di antara kalian yang mungkin ingin percaya bahwa kita bisa memulai hubungan baru dengan lembaran bersih, tetapi pada kenyataannya apa yang kita alami dan pelajari dari masa kecil memiliki dampak yang signifikan pada cara kita berinteraksi dengan pasangan saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun