Mohon tunggu...
Annisa Nur Hayati
Annisa Nur Hayati Mohon Tunggu... pelajar -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Di Balik Novel Petjah, "Satu dari Seribu Aku Mau Kamu"

27 Februari 2018   20:40 Diperbarui: 28 Februari 2018   09:07 6184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kelas CIBI adalah singkatan dari 'cerdas-istimewa berbakat-istiewa'. Oke, ini makin aneh lagi. Yah, intinya ini kelas akselerasi yang memungkinkan penghuni kelas lulus SMS dalam waktu dua tahun. Cepat? Iyalah ,.." (hlm. 3)

Kutipan diatas menjelaskan bahwa Nadhira adalah murid SMA yang masuk ke dalam kelas yang dikategorikan sebagai kelas unggulan. Siswa yang ada di kelas tersebut tergolong sebagai siswa yang pintar karena bisa lulus SMA dalam jangka waktu dua tahun. Tidak hanya sebagai murid yang pintar, Namun Nadhira juga digambarkan sebagai seorang yang menyukai Bahasa dan sastra. Nadhira sering membuat puisi dan sajak. Nadhira bahkan sering mengikuti lomba lomba sastra dan berhasil membawa pulang trophy.

"Aku Seperti apa kata Bram memang jagonya Bahasa. Berbagai lomba membuat puisi, membaca puisi, membuat karangan, membuat cerpen, membuat makalah, esai, dan lain lain selalu kuikuti dan banyak menghasilkan prestasi. Jarang sekali aku merasa kecil ketika membaca karya ornag lain....." (hlm. 59)

Lewat percakapan yang dilakukan oleh Nadhira seperti pada kutipan diatas, Penulis menggambarkan bahwa Nadhira adalah seorang yang sangat pandai dalam Bahasa. Dalam kutipan diatas Nadhira mengakui bahwa ia adalah seorang yang pintar dalam bidang Bahasa.Selain ahli dalam bidang Bahasa, Nadhira juga digambarkan sebagai seorang yang egois. Hal itu dapat dibuktikan melalui kutipan di bawah ini.

"Lo merasa diri lo kayak gravitasi Nadh. Seakan semua orang ditarik oleh o dan berputar mengelilingi lo. Lo butuh teman bicara? Apa pernah lo berpikir gue menjauh mungkin karena gue juga butuh teman bicara tapi enggak ngedapetin itu dari lo? Gue diam karena gue udah capek Nadh." (hlm. 261)

Pada kutipan di atas, Dimas sedang menyadarkan Nadhira melalui kata katanya. Dimas berkata bahwa Nadhira seperti gravitasi, yang seolah olah dia menginginkan semua orang mengikuti semua keinginannya. Rumitnya kehidupan Nadhira tidak sampai disitu saja, namun masih banyak kisah menarik yang dikembangkan penulis dalam novel Petjah. Seperti kisah asmaranya saat Nadhira sangat menyukai teman sekelasnya yang sangat membencinya. Teman sekelasnya tersebut adalah Dimas Baron. Dimas digambarkan sebagai seorang yang sangat idealis dan pintar. Hal itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.

"Untung lo bukan anak gue, Nadhi. Kalau lo anak gue, mau lo pukulin gue sampe gue seekarat juga, nggak bakal gue kasih lo SIM kalau belum waktunya."  "Dasar, Mr. Idealis." "Di tengah dunia yang sehancur ini, lo butuh idealisme." (hlm. 64)

Pada kutipan diatas, penulis menceritakan pribadi Dimas melalui percakapan Dimas dan Nadhira. Melalui percakapan tersebut, kita bisa menyimpukan bahwa Dimas adalah seorang yang idealis. Cara pikir Dimas sudah dewasa meskipun dia masih remaja. Dimas juga digambarkan sebagai anak yang penurut kepada kedua orang tuanya. Seperti pada kutipan di bawah ini.

Terlalu sering diperlakukan 'harus sama' membuat Dimas lupa caranya mengelak dari permintaan tersebut. Sebaliknya, segala kehidupannya seperti sudah terprogram untuk selalu mengikuti keinginan orangtuanya. Setidaknya begitu sampai Dimas sedikit lengah dan lupa sejenak akan tujuan utamanya sejauh ini. (hlm. 264)

Penulis secara langsung menjelaskan bahwa Dimas adalah anak yang penurut, seperti yang ada di kutipan diatas. Meskipun karena terpaksa, namun Dimas akhirnya mau tidak mau menjadi penurut. Dimas juga digambarkan sebagai murid yang sangat pintar, bahkan pintarnya mengalahkan Nadhira.

"Dimas adalah perwakilan rayon DKI Jakarta untuk olimpiade sains internasional tingkat SMP. Mengalahkan salah satu unguulan sekolahku dulu-Melisa Chandra. Aku sendiri bukan penggemar sains dan lebih banyak mengikuti perlombaan yang hubungannya dengan seni dan sastra...."(hlm. 9)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun