Mohon tunggu...
ANNISA SHABIRAH
ANNISA SHABIRAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI

43223110043 Kampus Universitas Mercu Buana Meruya | Fakultas Ekonomi dan Bisnis | Prodi S1 Akuntansi | Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB | Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB 1 - Integritas Sarjana dan Optimalisasi Perkembangan Moral Kohlberg's

18 Oktober 2024   17:11 Diperbarui: 18 Oktober 2024   17:11 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar Pribadi (Annisa Shabirah)
Gambar Pribadi (Annisa Shabirah)

Gambar Pribadi (Annisa Shabirah)
Gambar Pribadi (Annisa Shabirah)

Gambar Pribadi (Annisa Shabirah)
Gambar Pribadi (Annisa Shabirah)

Pendahuluan

WHAT

Integritas Sarjana (Pilar Utama Dunia Akademik)

Integritas sarjana adalah komitmen yang kuat terhadap kejujuran, kebenaran, dan prinsip-prinsip etika dalam seluruh aspek kehidupan akademik. Seorang sarjana yang memiliki integritas tinggi akan selalu berusaha untuk menghasilkan karya yang orisinal, melakukan penelitian dengan metode yang benar, dan menjaga kejujuran dalam setiap interaksinya dengan komunitas akademik. 

Definisi Integritas Secara Umum 

Integritas secara umum merujuk pada keselarasan antara ucapan, pikiran, dan tindakan. Seseorang yang memiliki integritas akan selalu bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya, meskipun tidak ada orang lain yang mengawasi. 

Penerapan Integritas dalam Konteks Akademik 

Dalam konteks akademik, integritas memiliki makna yang sangat luas. Beberapa contoh penerapan integritas dalam dunia akademik antara lain:

  • Penelitian
    Melakukan penelitian dengan metode yang benar, memberikan kredit kepada sumber yang tepat, dan tidak memalsukan data.
  • Penulisan ilmiah
    Menulis karya ilmiah yang orisinal, menghindari plagiarisme, dan mencantumkan semua sumber yang digunakan.
  • Evaluasi
    Memberikan penilaian yang objektif terhadap karya mahasiswa atau rekan sejawat.
  • Interaksi dengan komunitas akademik
    Menjaga hubungan yang profesional dan saling menghormati dengan sesama akademisi.

Contoh Pelanggaran Integritas Akademik

Beberapa contoh pelanggaran integritas akademik yang sering terjadi antara lain:

  • Plagiarisme
    Menggunakan karya orang lain tanpa memberikan kutipan yang benar.
  • Kecurangan dalam ujian
    Mencontek, bekerja sama dengan teman saat ujian individu, atau menggunakan bahan yang tidak diizinkan.

Mengapa Integritas Sarjana Sangat Penting? 

Pentingnya Integritas Bagi Seorang Sarjana

Integritas sarjana bukan sekadar nilai tambah, melainkan fondasi yang kokoh bagi dunia akademik. Mari kita bahas lebih dalam mengapa integritas begitu penting bagi seorang sarjana.

Integritas adalah fondasi bagi kepercayaan masyarakat terhadap dunia akademik. Seorang sarjana yang memiliki integritas akan:

  • Memperoleh kepercayaan
    Masyarakat akan lebih percaya pada hasil penelitian dan karya ilmiah yang dihasilkan oleh sarjana yang memiliki integritas.
  • Meningkatkan kualitas penelitian
    Dengan menjunjung tinggi integritas, seorang sarjana akan lebih termotivasi untuk menghasilkan karya yang berkualitas tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat.
  • Membangun reputasi yang baik
    Seorang sarjana yang berintegritas akan membangun reputasi yang baik di kalangan sesama akademisi dan masyarakat luas.
  • Menjaga martabat dunia akademik
    Integritas adalah kunci untuk menjaga martabat dan kredibilitas dunia akademik.

Peran Integritas dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan

- Kualitas Penelitian
Integritas memastikan bahwa penelitian dilakukan dengan metode yang benar dan menghasilkan data yang akurat. Tanpa integritas, hasil penelitian akan bias dan tidak dapat diandalkan.

- Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Penelitian yang dilakukan dengan integritas akan berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih baik. Hasil penelitian yang valid akan menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya dan dapat diaplikasikan untuk memecahkan masalah-masalah dunia nyata.

- Kolaborasi Internasional
Integritas adalah syarat mutlak untuk membangun kolaborasi dengan peneliti dari berbagai negara. Peneliti yang berintegritas akan saling mempercayai dan menghormati satu sama lain.

Hubungan Integritas dengan Kepercayaan Publik 

- Kepercayaan terhadap Ilmu Pengetahuan
Masyarakat akan lebih percaya pada hasil penelitian dan temuan ilmiah jika para ilmuwan yang terlibat memiliki integritas yang tinggi. Kepercayaan ini sangat penting, terutama dalam pengambilan keputusan kebijakan publik yang berbasis bukti ilmiah.

- Dukungan Publik untuk Penelitian
Jika masyarakat percaya pada integritas para ilmuwan, mereka akan lebih mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dukungan ini dapat berupa dana, fasilitas, maupun partisipasi aktif dalam penelitian.

PPT PROF. APOLLO - TB 1
PPT PROF. APOLLO - TB 1

Teori Perkembangan Moral Kohlberg adalah sebuah teori psikologi yang berusaha menjelaskan bagaimana manusia mengembangkan pemahaman tentang apa yang benar dan salah. Teori ini diajukan oleh Lawrence Kohlberg dan berfokus pada perkembangan penalaran moral, bukan sekadar perilaku moral. 

Ringkasan Singkat Teori Kohlberg

Kohlberg berpendapat bahwa perkembangan moral manusia melalui beberapa tahap, di mana setiap tahap mewakili cara berpikir yang berbeda tentang apa yang benar dan salah. Tahap-tahap ini bersifat universal dan berlaku untuk semua budaya.

Tahap Perkembangan Moral Kohlberg 

Dibagi menjadi tiga tingkatan (level) dengan masing-masing tahapannya (step). Teori ini menunjukkan bagaimana individu berkembang dalam hal penalaran moral, dari anak-anak hingga dewasa.

1. Level Satu: Prakonvensional (di bawah 6 tahun)

Pada tahap ini, moralitas individu terutama didasarkan pada konsekuensi fisik dari tindakan mereka. Anak-anak belum memahami norma-norma sosial yang lebih luas, mereka cenderung melihat aturan hanya dari segi kepatuhan untuk menghindari hukuman atau untuk mendapatkan imbalan.

  • Step 1
    Orientasi Hukuman dan Ketaatan (Punishment and Obedience Orientation)Anak-anak mematuhi aturan untuk menghindari hukuman. Moralitas pada tahap ini ditentukan oleh ketakutan terhadap konsekuensi negatif.

  • Step 2
    Hedonisme Naif (Naive Hedonism)Pada tahap ini, anak-anak mulai memahami bahwa tindakan mereka dapat mempengaruhi orang lain. Mereka mengikuti aturan untuk mendapatkan hadiah atau agar orang lain melakukan sesuatu yang menguntungkan mereka (prinsip timbal balik).

2. Level Dua: Konvensional (7 hingga 11 tahun)

Pada tahap ini, anak-anak mulai mempertimbangkan norma-norma sosial yang lebih luas. Mereka menilai moralitas berdasarkan bagaimana tindakan mereka dipandang oleh masyarakat atau otoritas, serta bagaimana mereka dapat menjaga hubungan sosial.

  • Step 3
    Moralitas Anak Baik/Laki-laki Perempuan Baik (Good Boy/Girl Morality)Anak-anak cenderung berperilaku agar disukai atau diterima oleh orang lain. Mereka mengikuti aturan untuk menghindari ketidaksukaan atau ketidaksetujuan dari orang lain.

  • Step 4
    Konformitas untuk Menghindari Hukuman dari Otoritas (Conformity to Avoid Censure by Authorities)Di tahap ini, individu mengikuti aturan karena adanya otoritas yang mengawasi, dan mereka ingin menghindari kecaman atau teguran dari otoritas tersebut.

3. Level Tiga: Pascakonvensional (di atas 11 tahun)

Tahap ini mencerminkan perkembangan moral yang lebih maju, di mana individu mulai memahami prinsip-prinsip moral yang lebih universal dan menerapkan pemahaman tersebut secara konsisten, meskipun mungkin bertentangan dengan norma-norma masyarakat.

  • Step 5
    Konformitas untuk Menjaga Komunitas (Conformity to Maintain Communities)Individu menghargai hak-hak individu dan menjaga keseimbangan antara aturan masyarakat dengan hak-hak pribadi. Tindakan mereka didasarkan pada pemikiran bahwa aturan harus menjaga keharmonisan sosial secara keseluruhan.

  • Step 6
    Prinsip-Prinsip Individu dari Hati Nurani (Individual Principles of Conscience)Pada tahap ini, individu mulai bertindak berdasarkan prinsip-prinsip moral pribadi yang mereka anggap benar secara etis, terlepas dari aturan hukum atau harapan masyarakat. Moralitas di tahap ini berpusat pada keadilan, kesetaraan, dan menghormati hak-hak asasi manusia.

Secara Singkat & Contohnya

Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga level utama:

  1. Tahap Pra-konvensional
    Pada tahap ini, individu lebih berfokus pada konsekuensi langsung dari suatu tindakan. Mereka akan melakukan sesuatu jika tindakan tersebut menguntungkan diri sendiri atau menghindari hukuman.
    Contoh: Seorang anak tidak mencuri kue karena takut dimarahi orang tua.

  2. Tahap Konvensional
    Individu pada tahap ini mulai memperhatikan aturan sosial dan harapan orang lain. Mereka akan melakukan sesuatu karena ingin diterima oleh masyarakat atau karena merasa itu adalah kewajiban mereka.
    Contoh: Seorang remaja tidak melanggar hukum karena takut dipenjara.

  3. Tahap Pasca-konvensional
    Individu pada tahap ini telah mengembangkan prinsip-prinsip moral yang universal. Mereka akan melakukan sesuatu karena mereka yakin bahwa tindakan tersebut adalah benar, terlepas dari aturan sosial atau konsekuensi pribadi.
    Contoh: Seorang aktivis memperjuangkan hak-hak minoritas meskipun menghadapi risiko.

Relasi antara Teori Kohlberg dengan Integritas Sarjana

Teori Kohlberg memberikan kerangka yang berguna untuk memahami mengapa beberapa sarjana memiliki integritas yang tinggi, sementara yang lain tidak.

  • Sarjana dengan integritas tinggi cenderung berada pada tahap pasca-konvensional. Mereka memiliki prinsip-prinsip etika yang kuat dan akan selalu berusaha untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, meskipun harus menghadapi tekanan atau godaan.
  • Sarjana yang sering melanggar integritas mungkin masih berada pada tahap pra-konvensional atau konvensional. Mereka lebih mementingkan keuntungan pribadi atau reputasi sosial daripada prinsip-prinsip etika yang universal.

Implikasi Teori Kohlberg bagi Dunia Akademik

Memahami teori Kohlberg dapat membantu kita :

  • Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral seorang sarjana.
  • Merancang program pendidikan yang dapat mendorong perkembangan moral mahasiswa.
  • Mencegah pelanggaran integritas dengan memahami motivasi di balik perilaku tidak etis.

PPT PROF. APOLLO - TB1
PPT PROF. APOLLO - TB1

Tahapan Perkembangan Moral menurut Lawrence Kohlberg

Piramida Perkembangan Moral Kohlberg:

  1. Level I - Prakonvensional
    Tahap 1
    Reward/Punishment (Hadiah/Hukuman)Pada tahap ini, anak-anak menentukan tindakan benar dan salah berdasarkan konsekuensi fisik. Tindakan yang menghasilkan penghargaan dianggap benar, sedangkan tindakan yang dihukum dianggap salah.
    Tahap 2
    Self-Interest (Kepentingan Diri Sendiri) Anak-anak mulai memahami bahwa tindakan mereka bisa membawa manfaat bagi diri mereka sendiri. Moralitas masih bersifat individualis, dan orientasinya adalah kepentingan pribadi dan pertukaran yang menguntungkan.

  2. Level II - Konvensional
    Tahap 3
    Pleasing Others (Menyenangkan Orang Lain) Pada tahap ini, individu mulai berpikir tentang bagaimana tindakan mereka dipandang oleh orang lain. Tujuannya adalah untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain dan menghindari kecaman. Norma-norma sosial mulai memainkan peran penting.
    Tahap 4
    Law and Order (Hukum dan Ketertiban)Moralitas pada tahap ini difokuskan pada pemeliharaan ketertiban sosial. Individu menghargai aturan, hukum, dan otoritas sebagai sarana untuk menjaga tatanan sosial yang stabil. Tindakan yang benar adalah yang sesuai dengan aturan dan hukum yang berlaku.

  3. Level III - Pascakonvensional
    Tahap 5
    Social Contract (Kontrak Sosial)Pada tahap ini, individu mulai menyadari bahwa aturan dan hukum tidak mutlak, tetapi bisa dinegosiasikan dan diubah untuk kebaikan bersama. Mereka menghargai prinsip moral yang mendasari hukum, dan berpikir tentang kepentingan bersama serta kesejahteraan masyarakat secara luas.
    Tahap 6
    Principle (Prinsip) Tahap ini adalah tahap tertinggi dalam perkembangan moral. Individu bertindak berdasarkan prinsip-prinsip etika yang dipilih sendiri, seperti keadilan, kesetaraan, dan hak asasi manusia. Moralitas pada tahap ini bersifat universal dan tidak tergantung pada otoritas eksternal atau masyarakat. Individu berpegang pada nilai-nilai ini bahkan jika hukum atau norma sosial bertentangan dengannya.

Diagram Tahap Perkembangan Moral Individu (1976):

  • Stage 1
    Identifikasi Perilaku Baik dan Buruk (Reward/Punishment)Individu mengidentifikasi perbuatan buruk sebagai tindakan yang melanggar hukum atau aturan, dengan moralitas berdasarkan takut hukuman.

  • Stage 2
    Self-Interest (Kepentingan Pribadi) Penilaian benar dan salah mulai didasarkan pada apa yang menguntungkan individu itu sendiri. Keadilan didefinisikan sebagai “adil jika menguntungkan.”

  • Stage 3
    Pleasing Others (Menyenangkan Orang Lain) Moralitas individu berfokus pada hubungan interpersonal dan berusaha untuk menyenangkan orang lain, serta mendapat pengakuan sosial.

  • Stage 4
    Law and Order (Hukum dan Ketertiban)Hukum dan aturan dilihat sebagai kewajiban sosial yang harus diikuti untuk menjaga ketertiban dan kesejahteraan sosial.

  • Stage 5
    Principled Level (Tingkat Prinsip) Individu mulai menghargai bahwa nilai-nilai moral bisa bervariasi tetapi penting untuk memenuhi prinsip-prinsip yang mendasari hubungan sosial, seperti kontrak sosial untuk menjaga keadilan dan keseimbangan.

  • Stage 6
    Universal Principles (Prinsip Universal) Individu bertindak berdasarkan prinsip etika universal yang mereka pilih sendiri. Mereka menyadari bahwa hukum yang ada harus mencerminkan prinsip-prinsip ini, dan jika hukum bertentangan dengan etika yang lebih tinggi, mereka akan memilih prinsip tersebut.


Kohlberg mengusulkan bahwa perkembangan moral seseorang melalui tahapan yang semakin kompleks, dari kepatuhan pada aturan untuk menghindari hukuman, hingga penerapan prinsip etika yang universal dan personal. Piramida ini menunjukkan bahwa moralitas tidak hanya tentang kepatuhan pada hukum, tetapi juga tentang perkembangan pemahaman individu mengenai keadilan, hak asasi manusia, dan tanggung jawab sosial yang lebih tinggi.

WHY & HOW

Analisis Teori Kohlberg dalam Konteks Integritas Sarjana 

Peran Pendidikan dalam Mendorong Perkembangan Moral 

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong perkembangan moral. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pendidikan untuk mengembangkan integritas sarjana antara lain:

  • Mengajarkan tentang etika dan moralitas
    Kurikulum pendidikan tinggi perlu memasukkan mata kuliah yang membahas tentang etika, moralitas, dan integritas.
  • Memberikan contoh yang baik
    Dosen dan staf pengajar harus menjadi role model yang baik bagi mahasiswa. Mereka harus menunjukkan perilaku yang etis dan moral dalam segala hal.
  • Memfasilitasi diskusi
    Ciptakan lingkungan yang memungkinkan mahasiswa untuk berdiskusi tentang isu-isu etika dan moral.
  • Memberikan kesempatan untuk berpraktik
    Libatkan mahasiswa dalam kegiatan yang menuntut mereka untuk mengambil keputusan moral, seperti penelitian atau proyek kelompok.

Tantangan dalam Mencapai Tahap Perkembangan Moral Tertinggi 

Beberapa tantangan yang sering dihadapi antara lain:

  • Tekanan sosial
    Tekanan untuk mencapai prestasi, persaingan yang ketat, dan ekspektasi masyarakat dapat mendorong individu untuk mengambil jalan pintas atau mengabaikan prinsip-prinsip moral.
  • Kepentingan pribadi
    Kepentingan pribadi dapat bertentangan dengan prinsip-prinsip moral. Misalnya, seorang sarjana mungkin tergoda untuk memalsukan data agar penelitiannya cepat selesai dan mendapatkan publikasi.
  • Kurangnya pendidikan moral
    Pendidikan formal seringkali lebih fokus pada pengembangan kognitif daripada moral. Akibatnya, banyak orang tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang etika dan moralitas.

Bagaimana Teori Kohlberg Berlaku pada Sarjana?

Teori perkembangan moral Kohlberg menawarkan sebuah kerangka kerja yang berguna untuk memahami bagaimana seorang individu, termasuk sarjana, mengembangkan pemahaman tentang apa yang benar dan salah dalam konteks tindakan mereka. Dalam dunia akademik, di mana integritas adalah kunci, teori ini membantu kita mengidentifikasi tahap-tahap perkembangan moral yang relevan dan bagaimana tahap-tahap ini mempengaruhi perilaku seorang sarjana.

Tahap Perkembangan Moral Mana yang Ideal untuk Seorang Sarjana?

Secara ideal, seorang sarjana berada pada tahap pasca-konvensional. Pada tahap ini, individu tidak lagi semata-mata mengikuti aturan atau norma sosial, melainkan telah mengembangkan prinsip-prinsip moral yang universal. Mereka akan bertindak berdasarkan keyakinan akan kebenaran dan keadilan, terlepas dari konsekuensi pribadi atau sosial.

Seorang sarjana yang berada pada tahap pasca-konvensional akan:

  • Menjunjung tinggi kebenaran
    Mereka akan selalu berusaha untuk mencari kebenaran dan menghindari segala bentuk pemalsuan data atau plagiarisme.
  • Bertanggung jawab
    Mereka akan bertanggung jawab atas tindakan mereka dan siap menerima konsekuensi dari tindakan tersebut.
  • Memiliki visi yang luas
    Mereka akan melihat masalah dari berbagai perspektif dan mempertimbangkan dampak jangka panjang dari tindakan mereka.
  • Berani membela kebenaran
    Mereka tidak akan takut untuk mengungkapkan ketidakbenaran atau ketidakadilan, meskipun harus menghadapi risiko.

Kaitan antara Tahap Perkembangan Moral dengan Perilaku Integritas

Teori perkembangan moral Kohlberg memberikan kita pemahaman yang mendalam tentang bagaimana seseorang merespons dilema etis, termasuk dalam konteks akademik. Mari kita lihat bagaimana individu pada setiap tahap merespons dilema tersebut:

Tahap Pra-konvensional

  • Fokus pada diri sendiri
    Individu pada tahap ini cenderung mengambil keputusan berdasarkan apa yang menguntungkan diri mereka sendiri.
  • Dilema akademik
    Jika dihadapkan pada dilema seperti plagiarisme, seorang individu pada tahap ini mungkin akan mencontek karena berpikir bahwa mendapatkan nilai bagus lebih penting daripada kejujuran.
  • Contoh: Seorang mahasiswa mencontek tugas akhir karena ingin lulus dengan nilai yang sangat baik agar dapat segera bekerja dan mendapatkan penghasilan.

Tahap Konvensional

  • Fokus pada aturan sosial
    Individu pada tahap ini akan mematuhi aturan dan norma yang berlaku di masyarakat.
  • Dilema akademik
    Mereka akan menghindari pelanggaran integritas karena takut akan sanksi atau merusak reputasi.
  • Contoh: Seorang mahasiswa tidak akan mencontek karena takut dikeluarkan dari universitas.

Tahap Pasca-konvensional

  • Fokus pada prinsip-prinsip universal
    Individu pada tahap ini telah mengembangkan prinsip-prinsip moral yang berlaku secara universal.
  • Dilema akademik
    Mereka akan membuat keputusan berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, meskipun harus menghadapi konsekuensi yang tidak menyenangkan.
  • Contoh: Seorang peneliti akan melaporkan kesalahan dalam penelitiannya, meskipun hal itu dapat merusak reputasinya.

Studi Kasus - Dilema Plagiarisme

  • Tahap Pra-konvensional
    Seorang mahasiswa menemukan sebuah artikel yang sangat relevan dengan topik tugasnya. Ia memutuskan untuk menyalin sebagian besar artikel tersebut tanpa memberikan kutipan karena merasa kesulitan untuk menulis sendiri.
  • Tahap Konvensional
    Seorang mahasiswa lain mengetahui bahwa temannya mencontek tugas. Ia ragu-ragu untuk melaporkan temannya karena takut dianggap sebagai pengadu.
  • Tahap Pasca-konvensional
    Seorang mahasiswa menyadari bahwa ia telah tanpa sengaja menggunakan kalimat yang sama dengan sumber lain dalam tugasnya. Ia segera mencari sumber tersebut dan memberikan kutipan yang benar, meskipun hal ini berarti harus merevisi tugasnya.

Implikasi untuk Integritas Sarjana

Memahami teori Kohlberg membantu kita:

  • Mengenali pola perilaku
    Kita dapat mengidentifikasi mengapa beberapa sarjana cenderung melanggar integritas.
  • Mendesain program pendidikan
    Program pendidikan dapat dirancang untuk mendorong mahasiswa berkembang ke tahap pasca-konvensional.
  • Membangun lingkungan akademik yang mendukung integritas
    Dengan memahami tahap perkembangan moral, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendorong perilaku etis.

Tahap perkembangan moral seseorang sangat mempengaruhi perilaku mereka, termasuk dalam konteks akademik. Sarjana yang berada pada tahap pasca-konvensional lebih cenderung untuk berperilaku dengan integritas. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan moral mahasiswa agar mereka dapat menjadi sarjana yang berintegritas. 

Perbandingan Teori Kohlberg dengan Teori Perkembangan Moral Lainnya

Teori Kohlberg bukanlah satu-satunya teori yang membahas perkembangan moral. Ada beberapa teori lain yang menawarkan perspektif yang berbeda, seperti:

  • Teori Perkembangan Psikoseksual Sigmund Freud
    Freud menekankan peran id, ego, dan superego dalam perkembangan moral. Menurut Freud, moralitas muncul dari internalisasi nilai-nilai orang tua dan masyarakat.
  • Teori Belajar Sosial Albert Bandura
    Bandura berpendapat bahwa perilaku moral dipelajari melalui pengamatan dan imitasi terhadap model-model yang ada di lingkungan sekitar.
  • Teori Etika Keadilan dan Etika Perawatan Carol Gilligan
    Gilligan mengkritik teori Kohlberg karena terlalu berfokus pada perspektif laki-laki dan mengabaikan perspektif perempuan. Gilligan menekankan pentingnya etika perawatan dalam perkembangan moral.

Implikasi bagi Pendidikan

Memahami perbedaan antara berbagai teori perkembangan moral dapat membantu pendidik merancang program pendidikan yang lebih komprehensif. Misalnya, dengan menggabungkan elemen-elemen dari teori Kohlberg, Bandura, dan Gilligan, pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendorong perkembangan kognitif, sosial, dan emosional siswa.

Implikasi Teori Kohlberg bagi Kebijakan Pengembangan Karakter

Teori Kohlberg memiliki implikasi yang signifikan bagi kebijakan pengembangan karakter.
Beberapa implikasi tersebut antara lain:

  • Fokus pada penalaran moral
    Kebijakan pengembangan karakter harus lebih menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan analitis siswa agar mereka dapat mengambil keputusan moral yang rasional.
  • Menciptakan lingkungan yang kondusif
    Sekolah dan keluarga harus menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan moral dengan menyediakan model-model yang baik dan kesempatan untuk berdiskusi tentang isu-isu etika.
  • Mendorong partisipasi aktif
    Siswa harus diberikan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan yang menuntut mereka untuk mengambil keputusan moral, seperti proyek kelompok atau simulasi.
  • Menghormati perbedaan individu
    Setiap individu memiliki tingkat perkembangan moral yang berbeda. Oleh karena itu, kebijakan pengembangan karakter harus bersifat inklusif dan mengakomodasi perbedaan individu.

Contoh Kebijakan Pengembangan Karakter Berbasis Teori Kohlberg

  • Pembelajaran berbasis masalah
    Siswa dihadapkan pada situasi masalah yang kompleks dan diminta untuk mencari solusi yang etis.
  • Diskusi kelompok
    Siswa diajak untuk berdiskusi tentang berbagai dilema moral dan berbagi perspektif mereka.

Teori Kohlberg memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami perkembangan moral. Meskipun ada beberapa kritik terhadap teori ini, namun teori ini tetap relevan dan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan program pendidikan karakter yang efektif. Dengan memahami tahap-tahap perkembangan moral, kita dapat merancang intervensi yang tepat untuk membantu individu mencapai potensi moral mereka. 

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Integritas Sarjana 

Faktor Internal yang Mempengaruhi Integritas Sarjana

1. Nilai-nilai Pribadi

  • Sistem nilai
    Nilai-nilai yang dianut sejak kecil, baik yang ditanamkan oleh keluarga, agama, atau lingkungan sosial, akan membentuk dasar moral seseorang. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab akan mendorong seseorang untuk bertindak secara etis.
  • Hukum moral
    Setiap individu memiliki hukum moralnya sendiri yang membedakan antara yang benar dan salah. Hukum moral ini dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi dan pengalaman hidup.

2. Moralitas

  • Etika
    Pemahaman tentang etika akan membantu seseorang membedakan antara tindakan yang benar dan salah dalam konteks profesi.
  • Konsensus moral
    Sejauh mana individu merasa memiliki kesepakatan dengan komunitas ilmiah tentang nilai-nilai moral yang berlaku.

3. Kepercayaan Diri

  • Keyakinan pada diri sendiri
    Kepercayaan diri yang tinggi akan membuat seseorang lebih berani untuk mempertahankan prinsip-prinsipnya dan menolak tekanan untuk bertindak tidak etis.
  • Kemampuan mengatasi tekanan
    Individu yang percaya diri lebih mampu menghadapi tekanan dan godaan untuk melanggar integritas.

4. Tanggung Jawab

  • Tanggung jawab terhadap diri sendiri
    Individu yang bertanggung jawab akan merasa berkewajiban untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya.
  • Tanggung jawab terhadap masyarakat
    Sarjana memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat untuk menghasilkan karya yang berkualitas dan bermanfaat.

Interaksi antar Faktor Internal

Faktor-faktor internal di atas saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Misalnya, nilai-nilai pribadi yang kuat akan membentuk moralitas yang tinggi, yang pada gilirannya akan meningkatkan kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab. Sebaliknya, individu yang memiliki kepercayaan diri yang rendah mungkin lebih mudah tergoda untuk melanggar integritas karena takut akan konsekuensi.

Implikasi bagi Pengembangan Integritas Sarjana

Memahami faktor-faktor internal yang mempengaruhi integritas sarjana sangat penting untuk merancang program pendidikan yang efektif. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:

  • Memupuk nilai-nilai positif
    Sejak dini, individu perlu ditanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan respect terhadap karya orang lain.
  • Mengembangkan kemampuan berpikir kritis
    Kemampuan berpikir kritis akan membantu individu untuk menganalisis situasi secara objektif dan mengambil keputusan yang etis.
  • Membangun kepercayaan diri
    Kegiatan yang dapat meningkatkan kepercayaan diri, seperti presentasi di depan kelas atau mengikuti kompetisi, dapat membantu mahasiswa mengembangkan integritas.
  • Menciptakan lingkungan yang mendukung
    Lingkungan akademik yang kondusif akan mendorong mahasiswa untuk berperilaku secara etis.

Integritas sarjana merupakan hasil dari interaksi antara berbagai faktor internal dan eksternal. Dengan memahami faktor-faktor internal seperti nilai-nilai pribadi, moralitas, kepercayaan diri, dan tanggung jawab, kita dapat merancang program pendidikan yang lebih efektif untuk mengembangkan integritas sarjana.

Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Integritas Sarjana 

Selain faktor internal, integritas seorang sarjana juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal yang ada di lingkungan sekitarnya. Faktor-faktor eksternal ini dapat memberikan tekanan, dukungan, atau bahkan hambatan dalam upaya menjaga integritas. 

Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Integritas Sarjana 

1. Lingkungan Akademik 

  • Norma akademik: Aturan, kebijakan, dan praktik yang berlaku di lingkungan akademik akan membentuk perilaku dan sikap mahasiswa dan dosen. Jika norma akademik menjunjung tinggi integritas, maka mahasiswa akan lebih terdorong untuk bertindak jujur.
  • Tekanan publikasi: Tekanan untuk mempublikasikan karya ilmiah secara cepat dan sering dapat mendorong beberapa sarjana untuk mengambil jalan pintas, seperti memalsukan data atau plagiarisme.
  • Sumber daya: Ketersediaan sumber daya yang memadai, seperti perpustakaan, laboratorium, dan akses internet, akan memudahkan sarjana untuk melakukan penelitian yang berkualitas dan menghindari tindakan yang tidak etis.

2. Tekanan Sosial

  • Tekanan teman sebaya: Teman sebaya dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku seseorang. Jika teman sebaya cenderung melakukan tindakan yang tidak etis, maka individu akan lebih mudah terpengaruh untuk melakukan hal yang sama.
  • Tekanan keluarga: Ekspektasi keluarga terhadap prestasi akademik dapat menjadi sumber tekanan yang besar bagi mahasiswa. Tekanan yang berlebihan dapat mendorong mahasiswa untuk mengambil jalan pintas.

3. Budaya Organisasi

  • Iklim organisasi: Budaya organisasi yang menekankan pada kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan integritas.
  • Kepemimpinan: Kepemimpinan yang kuat dan berintegritas akan menjadi model bagi anggota organisasi dan mendorong mereka untuk berperilaku etis.

4. Sistem Nilai Masyarakat

  • Nilai-nilai budaya: Nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat secara luas akan mempengaruhi perilaku individu. Jika masyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan keadilan, maka individu akan lebih cenderung untuk bertindak secara etis.
  • Korupsi: Tingkat korupsi di suatu negara dapat mempengaruhi persepsi individu tentang etika dan moralitas. Jika korupsi dianggap sebagai hal yang biasa, maka individu akan lebih mudah tergoda untuk melakukan tindakan yang tidak etis.

Interaksi antara Faktor Internal dan Eksternal

Faktor internal dan eksternal saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Misalnya, individu yang memiliki nilai-nilai pribadi yang kuat akan lebih mampu menolak tekanan dari lingkungan sosial yang tidak etis. Sebaliknya, individu yang berada dalam lingkungan yang korup mungkin akan mengalami kesulitan untuk mempertahankan integritasnya, meskipun memiliki nilai-nilai yang baik.

Implikasi bagi Pengembangan Integritas Sarjana

Untuk mengembangkan integritas sarjana, perlu dilakukan upaya yang komprehensif yang mencakup baik faktor internal maupun eksternal. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:

  • Membangun lingkungan akademik yang kondusif: Menciptakan lingkungan yang mendukung kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas.
  • Memberikan pendidikan etika: Mengajarkan mahasiswa tentang etika penelitian, penulisan ilmiah, dan perilaku profesional.
  • Mendorong partisipasi dalam kegiatan sosial: Melalui kegiatan sosial, mahasiswa dapat mengembangkan empati dan rasa tanggung jawab sosial.
  • Memberikan dukungan psikologis: Memberikan dukungan psikologis kepada mahasiswa yang menghadapi tekanan atau kesulitan.

Kesimpulan

Integritas sarjana merupakan hasil dari interaksi antara faktor internal dan eksternal. Untuk mengembangkan integritas sarjana, diperlukan upaya yang komprehensif yang melibatkan individu, institusi, dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan menciptakan lingkungan yang kondusif dan memberikan pendidikan yang tepat, kita dapat menghasilkan sarjana yang memiliki integritas tinggi dan mampu berkontribusi secara positif bagi masyarakat.


Strategi untuk Meningkatkan Integritas Sarjana 

Pendidikan Moral

Pendidikan moral memegang peranan krusial dalam membentuk karakter dan integritas seseorang, termasuk sarjana. Beberapa pendekatan pendidikan moral yang dapat diterapkan antara lain:

  • Pengembangan Kurikulum yang Mempromosikan Nilai-nilai Integritas:
    - Integrasi nilai-nilai moral ke dalam mata kuliah
    Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan dapat diintegrasikan ke dalam berbagai mata kuliah, tidak hanya mata kuliah etika.
    - Studi kasus
    Penggunaan studi kasus yang relevan dengan dunia akademik dapat membantu mahasiswa memahami implikasi dari tindakan yang tidak etis.
    - Pembelajaran berbasis masalah
    Melalui pemecahan masalah yang kompleks, mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan mengambil keputusan yang etis.

  • Penggunaan Metode Pembelajaran yang Aktif dan Partisipatif:
    - Diskusi kelompok
    Diskusi kelompok dapat mendorong mahasiswa untuk berbagi perspektif dan berargumen secara rasional.
    - Simulasi
    Simulasi dapat digunakan untuk menciptakan situasi yang realistis dan membantu mahasiswa melatih keterampilan pengambilan keputusan dalam situasi yang sulit.
    - Proyek berbasis masalah
    Proyek yang menuntut kerja sama tim dapat membantu mahasiswa belajar tentang pentingnya integritas dalam bekerja sama dengan orang lain.

  • Peran Pengajar sebagai Model Peran:
    - Menjadi contoh yang baik
    Pengajar harus menjadi teladan bagi mahasiswa dengan menunjukkan perilaku yang etis dan profesional.
    - Membangun hubungan yang positif
    Hubungan yang positif antara pengajar dan mahasiswa akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan tumbuh.
    - Memberikan umpan balik yang konstruktif
    Umpan balik yang konstruktif akan membantu mahasiswa memperbaiki diri dan mengembangkan potensi mereka.

Strategi Lain untuk Meningkatkan Integritas Sarjana

Selain pendidikan moral, ada beberapa strategi lain yang dapat diterapkan untuk meningkatkan integritas sarjana:

  • Penguatan Sistem Pengawasan:
    - Pencegahan plagiarisme
    Menggunakan perangkat lunak deteksi plagiarisme dan menerapkan kebijakan yang tegas terhadap pelanggaran.
    - Audit penelitian
    Melakukan audit secara berkala terhadap penelitian yang dilakukan untuk memastikan bahwa data dan metode penelitian valid.
  • Membangun Budaya Organisasi yang Mendukung Integritas:
    - Kode etik: Menyusun kode etik yang jelas dan tegas yang mengatur perilaku semua anggota komunitas akademik.
    - Pelatihan etika secara berkala: Melakukan pelatihan etika secara berkala untuk semua anggota komunitas akademik.
    - Mekanisme pelaporan: Menyediakan mekanisme yang aman bagi mahasiswa untuk melaporkan pelanggaran etika.
  • Kolaborasi dengan Masyarakat:
    - Kemitraan dengan lembaga masyarakat: Membangun kemitraan dengan lembaga masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya integritas.
    - Pengabdian masyarakat: Melalui kegiatan pengabdian masyarakat, mahasiswa dapat belajar tentang pentingnya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Tantangan dan Solusi

Dalam upaya meningkatkan integritas sarjana, tentu saja ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Beberapa tantangan tersebut antara lain:

  • Tekanan untuk mencapai prestasi: Tekanan untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi dapat mendorong mahasiswa untuk mengambil jalan pintas.
  • Kurangnya kesadaran akan pentingnya integritas: Beberapa mahasiswa mungkin tidak menyadari pentingnya integritas atau menganggap bahwa pelanggaran etika adalah hal yang biasa.
  • Perubahan yang cepat: Perubahan yang cepat dalam dunia akademik dapat membuat sulit untuk menjaga integritas.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan upaya yang berkelanjutan dan melibatkan seluruh komponen dalam komunitas akademik, mulai dari pimpinan perguruan tinggi, dosen, mahasiswa, hingga staf administrasi.

Meningkatkan integritas sarjana merupakan tugas yang kompleks dan membutuhkan pendekatan yang komprehensif. Dengan menggabungkan pendidikan moral, penguatan sistem pengawasan, pembangunan budaya organisasi yang mendukung integritas, dan kolaborasi dengan masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan akademik yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan.


Penguatan Budaya Integritas 

Pembentukan Kode Etik Akademik

Kode etik akademik merupakan pedoman perilaku yang jelas dan tegas bagi seluruh anggota komunitas akademik. Kode etik ini harus disusun secara partisipatif melibatkan semua pihak terkait, mulai dari pimpinan perguruan tinggi, dosen, mahasiswa, hingga staf administrasi. Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kode etik antara lain:

  • Kode etik harus disusun dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami oleh semua pihak.
  • Kode etik harus relevan dengan konteks akademik dan mencerminkan nilai-nilai yang ingin dijunjung tinggi oleh institusi.
  • Proses penyusunan kode etik harus melibatkan semua pihak terkait agar kode etik yang dihasilkan dapat diterima dan dilaksanakan oleh semua anggota komunitas akademik.
  • Kode etik harus disosialisasikan secara luas kepada seluruh anggota komunitas akademik melalui berbagai cara, seperti workshop, seminar, atau publikasi.

Mekanisme Pelaporan Pelanggaran

Mekanisme pelaporan pelanggaran yang jelas dan mudah diakses sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi siapa saja yang ingin melaporkan tindakan yang tidak etis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun mekanisme pelaporan antara lain:

  • KIdentitas pelapor harus dijaga kerahasiaannya untuk melindungi mereka dari tindakan balas dendam.
  • Proses penanganan laporan harus dilakukan secara adil dan transparan.
  • Sebaiknya melibatkan pihak independen, seperti komite etik, dalam proses penanganan laporan.
  • Sanksi yang akan diberikan kepada pelanggar harus jelas dan proporsional dengan tingkat pelanggaran.

Sanksi yang Tegas

Sanksi yang tegas merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya pelanggaran etika. Sanksi yang diberikan harus bersifat mendidik dan memberikan efek jera. Beberapa contoh sanksi yang dapat diterapkan antara lain:

  • Peringatan tertulis : Untuk pelanggaran ringan.
  • Pencabutan gelar akademik : Untuk pelanggaran berat, seperti plagiarisme atau pemalsuan data.
  • Larangan mengikuti kegiatan akademik : Untuk sementara waktu atau permanen.
  • Publikasi hasil investigasi : Untuk kasus yang melibatkan kepentingan publik.

Penguatan Budaya Integritas

Selain pembentukan kode etik, mekanisme pelaporan, dan pemberian sanksi, ada beberapa hal lain yang dapat dilakukan untuk memperkuat budaya integritas di lingkungan akademik, antara lain:

  • Pembentukan role model
    Mengidentifikasi dan memberikan penghargaan kepada individu yang menunjukkan integritas tinggi.
  • Peningkatan kesadaran
    Melalui berbagai kegiatan, seperti seminar, workshop, dan kampanye, meningkatkan kesadaran mahasiswa dan dosen tentang pentingnya integritas.
  • Kolaborasi dengan lembaga eksternal
    Bekerja sama dengan lembaga eksternal, seperti lembaga sertifikasi dan organisasi profesi, untuk mengembangkan standar integritas yang lebih tinggi.

Penguatan budaya integritas merupakan proses yang berkelanjutan dan membutuhkan komitmen dari semua pihak. Dengan menerapkan strategi-strategi yang telah disebutkan di atas, kita dapat menciptakan lingkungan akademik yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan.

Pengembangan & Pendidikan Karakter (Investasi Berharga untuk Masa Depan) 

Pengembangan karakter merupakan upaya sistematis untuk menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan sosial pada individu agar mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang berintegritas dan bertanggung jawab. Dalam konteks pendidikan tinggi, pengembangan karakter menjadi semakin penting untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kepribadian yang kuat dan siap menghadapi tantangan dunia kerja. 

Pendidikan  karakter  adalah  disiplin  yang  mengkaji  prinsip-prinsip, metode,  dan  praktik-praktik  yang  terkait  dengan pengembangan  karakter siswa dalam konteks pendidikan. Tujuan utamanya adalah untuk membantu siswa mengembangkan nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang positif sehingga mereka  dapat  menjadi  individu  yang  lebih  baik  dan  berkontribusi  secara positif pada masyarakat.

Kohlberg, seorang psikolog yang terkenal dengan teori perkembangan moralnya, mengaitkan pendidikan karakter dengan pengembangan  kemampuan  moral  individu.  Menurutnya,  pendidikan karakter adalah proses membentuk pemahaman moral dan kemampuan untuk membuat keputusan moral yang baik.

Kelebihan dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah adanyapentahapan akan memudahkan orang dalam memprediksi perkembangan moral seseorang. Adanya tahapan-tahapan perkembangan  moral  memudahakan  seseorang  dalam  memberikan stimulasi   yang   tepat   dalam   peningkatan   moral   anak.   Di   dalam penelitiannya    kohlberg    tidak    melihat    aspek    kepribadian dalam mempengaruhi moral seseorang. Kohlberg berpendapat bahwa setiap orang  mampu  melakukan  ambil  alih  peran maksudnya  seseorang. Mampu   mengendalikan   dirinya   dan   membuat   keputusan  dalam bertingkah laku.

Teori perkembangan menurut Kohlberg dikatakan masih memiliki kelemahan khususnya dalam universalitas, maksudnya     adalah gambaran tahapan penalaran Kohlberg merupakan interpretasi moralitas  yang  secara  unik  ditemukan  dalam masyarakat demokratis barat,  sehingga tidak  dapat  diterapkan pada  budaya  bukan  barat.hubungannya  dengan  perilaku  moral  serta perbedaan  gender  dalam penalaran  moral  sebagian ahli  berpendapat  bahwa  tahapan  moral menurut Kohlberg tidak dapat diterapkan secara seimbang pada laki-laki dan perempuan.

Kesimpulan

Melalui Tulisan yang Membahas tentang Integritas Sarjana dan Optimalisasi Perkembangan Moral Kohlberg dan lainnya, kita telah menyoroti kompleksitas integritas sarjana yang dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Teori perkembangan moral Kohlberg memberikan kerangka yang berguna untuk memahami bagaimana individu, termasuk sarjana, mengembangkan pemahaman tentang benar dan salah. Namun, teori ini perlu dilengkapi dengan pemahaman yang lebih holistik tentang faktor-faktor lain seperti budaya, gender, lingkungan sosial, kepribadian, dan motivasi.

Perkembangan  moral  kohlberg  merupakan  pengembangan  dari  karya piaget. Dalam    perkembangan    moral    kohlberg    membag kedalam tiga tingkatan    yang    kemudian    menjadi    enam    tahap.    Penelitiannya    masih menimbulkan kritik dari para ahli karena para ahli menganggap bahwa tahap perkembangan  moral  hanya  ditemukan  dalam  demokratis  barat  dan  tidak akan    ditemukan pada    budaya    demokratis    selain    barat.    

Sedangkan perkembangan moral di dalam islam sangat dipengaruhi oleh pendidik yakni orang tua di rumah dan guru di sekolah. Perkembangan moral menurut islam bukan  hanya  berawal  dari  usia  4  tahun  seperti  yang digagas  oleh  kohlberg, akan  tetapi perkembangan moral di dalam  islam  harus  sudah  dipersiapkan ketika anak berada di dalam   kandungan   sampai   ia dilahirkan denganmenerapkan  pendidikan  keimanan,  karena  pengertian  moral  di  dalam  islam merupakan  akar  kata  dari akhlak. Sedangkan  akhlak  tidak  pernah  lepas  dari agama.

Teori perkembangan moral menurut kohlberg menyatakan bahwa  moral anak  akan  tercipta  sesuai  dengan  pengalaman  masing-masing  anak  akan tetapi    di    dalam    islam    perkembangan moral merupakan    bentuk dari implementasi   al-quran dan hadits   yang   harus   diterapkan dan dijadikan pedoman hidup setiap umat muslim. Teori  kohlberg  dalam  perkembangan  moral  tentu sangat  memiliki  peran dalam  dunia  psikology  karena  dengan memahami  tahapan  perkembangan moral  seseorang  akan  lebih mudah  dalam  mendidik  dan  memahami  setiap tingkah laku anak.

Rekapitulasi Poin-Poin Penting

  • Integritas sarjana adalah fondasi bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan merupakan hasil dari interaksi antara faktor internal (nilai-nilai pribadi, moralitas, kepercayaan diri, tanggung jawab) dan eksternal (lingkungan akademik, tekanan sosial, budaya organisasi, sistem nilai masyarakat).
  • Pengembangan moral menurut Kohlberg memberikan pemahaman dasar tentang perkembangan moral, namun perlu dipadukan dengan faktor-faktor lain untuk menjelaskan kompleksitas moral dalam konteks integritas sarjana.
  • Strategi untuk meningkatkan integritas sarjana meliputi pendidikan moral, penguatan budaya integritas, pengembangan karakter, dan mekanisme pengawasan yang efektif.
  • Tantangan dalam meningkatkan integritas antara lain tekanan untuk mencapai prestasi, kurangnya kesadaran akan pentingnya integritas, dan perubahan yang cepat dalam dunia akademik.

Daftar Pustaka

PPT/Modul Prof. Apollo - TB 1 (Integritas Sarjana dan Optimalisasi Perkembangan Moral Kohlberg's )

Hayati, Siti Rohmah Nur “Telaah Kritis Terhadap Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg”.Jurnal Paradigma.No. 2. (Juli, 2006) 

Dr. Inanna, S.Pd., M.Pd  (Mei, 2024) PERAN PROFESI KEPENDIDIKAN DALAM MEMBANGUN NILAI-NILAI KARAKTER

Arifin,Zuhairansyah.“Pendidikan  Moral  dalam  Multi  Perspektif”. Jurnal Sosial Budaya. Vol. 8, No. 1. (Januari-Juni, 2011).

Hayati,Siti Rohmah Nur.“Telaah Kritis Terhadap Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg”.JurnalParadigma.No. 2. (Juli, 2006)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun