Internal self awareness, mencerminkan seberapa jelas kita melihat nilai-nilai, passions, aspirasi, kesesuaian diri dengan lingkungan kita, reaksi (termasuk pemikiran, perasaan, perilaku, kelebihan, dan kelemahan), dan dampak kita terhadap orang lain.
Internal self awareness terkait dengan kepuasan kerja dan hubungan yang lebih tinggi, kontrol pribadi dan sosial, serta kebahagiaan. Internal self awareness juga berkaitan negatif dengan kecemasan, stres, dan depresi.
External self awareness, berarti memahami bagaimana orang lain memandang diri kita. Orang yang memiliki external self awareness yang tinggi juga lebih terampil dalam menunjukkan empati dan mengambil perspektif orang lain.
Mudah untuk mengasumsikan bahwa ketika memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi dalam satu kategori akan berarti memiliki tingkat yang tinggi dalam yang lain. Namun, hasil penelitian menunjukkan hal yang berbeda, yaitu : hampir tidak ada hubungan antara keduanya.
Terdapat empat arketipe self awareness, masing-masing memiliki rangkaian peluang pengembangan yang berbeda untuk ditingkatkan, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Jika Anda tertarik untuk mengetahui di mana Arketipe Anda, Anda dapat mengambil versi singkat gratis dari penilaian kesadaran diri di link berikut.
Tentang refleksi
Orang yang sering refleksi tidak langsung menunjukkan hubungan yang lurus dengan pengembangan self awareness. Penelitian telah menunjukkan bahwa kita tidak memiliki akses ke banyak pikiran, perasaan, dan motif bawah sadar/unconscious yang kita cari. Intropeksi juga lebih banyak mempertanyakan "mengapa". Pikiran manusia tidak selalu dapat rasional, dan penilaian kita jarang bebas dari bias. Manusia cenderung menangkap wawasan yang ditemukan tanpa mempertanyakan validitas atau nilainya, dan mengabaikan bukti yang bertentangan.
Konsekuensi lain dengan mempertanyakan "mengapa" adalah mengundang pikiran negatif yang tidak produktif. Peneliti juga menemukan bahwa orang yang sangat introspektif juga lebih cenderung terjebak dalam pola ruminasi yang tidak produktif. Ruminasi dapat diartikan sebagai pemikiran negatif berulang yang mengganggu tentang pengalaman masa lalu atau dapat diiringi dengan emosi dan cenderung relatif stabil dari waktu ke waktu (Nolen-Hoeksema W, Morrow J, Fredrickson BL, 1993)
Pada saat melakukan refleksi, Tasha Eurich memberikan suggest dari pada mempertanyakan "mengapa", kata yang lebih tepat untuk meningkatkan insight diri dan mengurangi remunasi yang tidak produktif adalah dengan mempertanyakan "apa". Mempertanyakan "apa" dapat membantu kita lebih objektif, berfokus terhadap masa depan dan mengembangkan insight baru. Misal pada saat berhadapan dengan customer yang menyampaikan keluhan, dari pada bertanya "mengapa mereka mengatakan hal demikian kepada saya" maka lebih baik ditanyakan "apa yang dapat saya lakukan untuk menyampaikan informasi layanan dengan lebih baik?" pertanyaan itu membantu mereka untuk mengembangkan solusi.