“Tapi, aku ingin senja Nan.” Kataku lesu.
“Kamu memang tidak berbeda dengan Nawang, keras kepala ketika berbicara tentang senja. Jika kamu ingin melajutkan pencarianmu ini, lakukan saja. Aku menyerah. Aku ingin kembali ke Jogja.”
Mataku berkaca-kaca mengingat percakapanku dengan Kinan. Tak terasa cahaya temaram senja mulai memudar, langit kelam perlahan membawa pergi sinar merah keemasan dan meninggalkan Pantai Kuta dalam kegelapan. Dengan langkah gontai aku kembali ke penginapan. Aku rebahkan badan di atas kasur dan memejamkan mata. Berbagai peristiwa bersama Kinan berkelebat dalam pikiranku. Peristiwa pertama kali aku mengenal Kinan dan pertama kalinya Kinan mengenalkan Nawang padaku. Semuanya terasa bagai film yang sedang diputar di kepalaku. Tak terasa perlahan mataku terasa berat dan aku terlelap di alam mimpi.
Pukul 22.11 WITA aku terbangun. Masih setengah sadar aku mengarahkan pandanganku pada tiap sudut kamar, seperti orang linglung. Setelahnya, baru aku benar-benar terjaga dan menyadari bahwa aku masih di penginapan, di Kuta, Bali. Tanganku menggapai meja di samping tempat tidur, mengambil handphone. Ada satu email masuk.
Dari: kinantiprameswari@gmail.com
Kepada: jadesekarputri@gmail.com
Subjek: Pernikahan.
Jade, aku rasa kamu harus beristirahat sejenak dalam pencarianmu, karena aku dan Nawang akan segera menikah. Kamu wajib pulang ke Jogja secepatnya. Nanti setelah pernikahanku dan Nawang selesai, kamu bisa melanjutkan pencarianmu kembali. Aku berjanji akan menemanimu asal Nawang ikut dalam pencarian kita J hahaha
Kinan dan Nawang menanti kehadiran seorang Jade. Lekas pulang. Jogja merindukanmu.
Aku tersenyum membaca email dari Kinan, Kinan dan Nawang merupakan pasangan serasi. Nawang adalah laki-laki dewasa yang mampu membimbing Kinan. Dan, Kinan adalah perempuan yang membuat hidup Nawang lebih berwarna dengan tingkah lucunya. Setelah lebih dari 3 tahun menjalin kasih, akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Aku bahagia Kinan telah menemukan penyeimbang hidupnya. Di sisi lain, aku bersedih tak ada lagi sahabat yang bisa aku ajak pergi kemana pun aku ingin, karena nantinya Kinan akan memiliki kehidupan bersama Nawang. Namun, aku selalu berdoa yang terbaik untuk mereka berdua.
Tanpa sadar air mataku menetes memandangi email dari Kinan, aku membiarkan air mataku terus berjatuhan dan tidak berniat sedikit pun menghapusnya. Setelah puas dengan tangis sunyiku, aku tersenyum sekali lagi dan mulai melarikan jari-jariku pada keyboard laptop.