"... Eh? Akhirnya ketahuan selingkuh, kah?"
      "Mungkin kali. Soalnya Pak Praditya tak bicara bahkan satu patah kata pun ketika ditangkap. Diam doang ketika dibawa, dan bahkan tak melawan! Dia kek orang stres setelah anak mereka mati."
      "Ya pastilah. Bayangkan saja,  anak satu-satunya yang masih 5 tahun ditemukan mati di kasur begitu, siapa yang tak terpukul coba? Mana Istrinya tak waras lagi setelah anak mereka dikubur. Tapi aneh banget keluarga satu ini, ya kan? Kek ada saja kelakuannya."
      "Ya, tahu saja! Kalo kata mereka sih, masalah orang kaya."
      Kedua wanita paruh baya itu terus saja bergosip ria. Aku memperhatikan di belakang mereka dengan muka merengut cemberut.
      "Kenapa?" Boneka yang ada di pelukanku bertanya.
      "Tak tahu. Tapi aku sebel dengan tante-tante itu bicara jahat."
      Boneka terkekeh. Aku semakin kesal dan membuang muka.
      "Sudah-sudah. Ayo kembali. Sudah puas di sini?"
      Aku terdiam dan menggeleng pelan sambil menahan air mata. Boneka menghela nafas sebelum memelukku.
      "Ayo kita jalan-jalan sebelum hari ke 40 datang. Pegang tanganku."