Aku berbalik dan mencoba berlari, tapi kakiku tak bergerak. Air mata jatuh membasahi pipi dan ketakutan berhembus di kulitku.
      "Boneka! Ayah dan Ibuku memintaku pulang!!"
      Aku menangis ketakutan. Boneka tetap memegang tanganku. Namun kali ini ia berubah menjadi lebih besar dan ketika itu memelukku, aku merasa aman dan nyaman.
      "Tuan putri, tak ada siapa pun lagi untukmu. Kamu sendirian. Namun tak perlu takut, semuanya telah baik-baik saja. Tak ada yang perlu kamu takuti."
      Aku hanya dapat terisak lemah mendengar itu sebelum jatuh tertidur dalam pelukan yang ternyaman yang pernah kurasakan.
-||-
      "Kamu telah mendengar berita terbaru mengenai Keluarga Praditya?"
      "Eh? Ada lagi?! Belum cukup masalah si Suami yang selalu kerja di luar kota berbulan-bulan, si Istri yang selingkuh dan Anak mereka yang mati?"
      "Ini panas dan terbilang gila!!"
      "Serius?! Apaan?"
      "Pak Praditya membunuh pacar Istrinya!"