Aku sedikit ragu, namun Boneka benar. Kata Ibu, jika orang-orang dewasa berkumpul, jangan mengganggu mereka kecuali Ibu atau Ayah mengizinkan. Dan saat ini, Ayah dan Ibu tak terlihat memberikanku izin.
      Aku mengangguk pada Boneka dan meraih tangannya. Kami berjalan menjauh dari tempat Ayah dan Ibu.
      "Boneka, ke mana kita akan pergi? Apakah jauh? Ayah dan Ibu akan khawatir jika aku pergi terlalu jauh."
      Boneka menggeleng. Ia menunjuk pada suatu jalan. Aku mengikuti arah tunjuknya.
      "Wah..! Apa itu, Boneka?"
      "Itu kenangan, Tuan putri."
      "Kenangan??"
      Aku menatap berbagai layar besar itu. Aku melihat Ayah-Ibu, teman-teman dan berbagai hal lainnya. Aku dapat mendengar suaraku sendiri yang tertawa atau pun merengek.
      Aku bahagia melihat semua kenangan itu. Dengan semangat, aku berlarian dari satu kenangan ke kenangan lainnya. Tapi tiba-tiba Boneka menarik tanganku untuk berhenti.
      "Tuan putri, jangan berlari. Ingat apa kata Ibu?"
      Aku sedikit cemberut. "Ya. Jangan berlarian tanpa melihat jalan, nanti jatuh terluka."