Mohon tunggu...
Annie Nugraha
Annie Nugraha Mohon Tunggu... Seniman - Crafter, Blogger, Photography Enthusiast

Seorang istri dan ibu dari 2 orang anak. Menyukai dunia handmade craft khususnya wire jewelry (perhiasan kawat), senang menulis lewat blog www.annienugraha.com dan seorang penggemar photography

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Sepenggal Peninggalan Sejarah Kejayaan Imigran Tionghoa di Tjong A Fie Mansion, Medan

30 April 2021   07:56 Diperbarui: 30 April 2021   14:27 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah Family Tree pun terpampang dengan tulisan tangan.  Dari bagan ini, saya melihat bahwa Tjong A Fie mempunyai 3 istri.  Istri pertama bernama Madame Lie (berasal dari Cina) dan tidak memiliki keturunan. Istri kedua bernama Madame Chew (berasal dari Penang, Malaysia).  

Seorang janda dengan 3 anak.  Dan yang terakhir adalah Madame Liem Koei Yap (berasal dari Binjai, Sumatera Utara). Dari istri terakhir ini Tjong A Fie mendapatkan 7 anak. Sungguh satu keluarga besar jika ditelisik dari segi jumlah. 

Dan kalau menelusur sejarah bahwa Tjong A Fie saat bermigrasi ke Medan saat berumur 18 tahun, besar kemungkinan saat menikah dengan istri pertama dan kedua, beliau masih berusia remaja.

Bangunan tambahan yang berada di luar gedung inti.  Di sini ada area duduk dengan sofa merah, foto the great Tjong A Fie dalam balutan pakaian khas Cina, dan Family Tree.  

Tapi yang membuat saya sangat terkesan adalah sebuah tulisan yang berjudul A Man Between Worlds. Sebuah uraian singkat mengenai keberadaan Tjong A Fie sebagai jembatan antara Belanda dengan kaum pribumi Sumatera Utara.  A man borned in 1860, a successful business man, yang juga dikenal sebagai bapak pluralisme di Medan.

Beranjak Ke Lantai 2

Tak kalah megah dengan lantai 1, lantai 2 juga didominasi oleh ukiran dan lantai kayu dengan perpaduan warna hijau dan kuning.  Sama megahnya.  Bahkan dengan pengaturan plong, lantai 2 ini terasa lebih adem dan lebih luas. 

Yang terasa begitu istimewa adalah deretan jendela-jendela berukuran jangkung di bagian tengah.  Jendela inilah yang memungkinkan kita melongok ke ruang terbuka yang berada di bawahnya.

Jika di lantai 1 tadi kita ketemu main hall dan 2 ruang pelengkap (kamar tidur dan ruang kerja), layout yang sama juga saya temukan di lantai ini.  Kesan luas begitu sarat terasa karena tidak dipenuhi oleh oleh papan-papan hijau berisikan foto-foto lama. 

Tak jauh dari konsep lantai 1, ruangan luas di lantai 2 pun sepertinya dibuat selapang mungkin untuk menjamu puluhan tamu.  Jendela yang menghadap ke luar seakan bersinergi dengan sisi belakang agar lalu lintas udara berjalan dengan lancar.  Hawa sejuk pun menyapu di segala sisi.

Di lantai 2 ini juga ada kuil kecil keluarga (Kwan Ti Kong Temple) yang hanya bisa diakses oleh anggota keluarga, anak keturunan Tjong A Fie, yang masih tinggal di the Mansion.  

Mereka tinggal di sayap kiri bangunan yang aksesnya tertutup untuk umum. Menurut saya ini keputusan yang cukup tepat. Mengingat bahwa the Mansion dan semua yang berada di dalamnya adalah harta keluarga yang sangat berharga dan wajib untuk terus dijaga.

Sekilas Tentang Tjong A Fie dan The Mansion

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun