"Aya, telepon dari kakakmu!" teriak Diana, kakak kos Cahaya.
        "Sebentar ya, aku terima telepon dulu," pamit Cahaya kepada Wirya.
        "Dik, aku habis ini mau main ke kosmu, ini ada sisa jatah gula, susu dan roti, sabun dan sampo dari kapal yang masih sisa," kata Yasif, kakak Cahaya dari ujung telepon.         "Iya Mas, tak tunggu," jawab Cahaya kegirangan karena mau dikunjungi kakaknya. Memang, Yasif adalah tipe seorang kakak yang sangat menyayangi keluarganya. Di usianya yang sudah 30 tahun lebih, ia belum ingin menikah karena masih nunggu adiknya lulus kuliah. Hampir tiap bulan sekali, selalu membawa sisa jatah sembako yang diperoleh dari kapal untuk diberikan kepada adik perempuannya itu.
        "Siapa Ya yang telepon?" tanya Wirya kepada Cahaya yang baru keluar dari dalam kosnya setelah menerima telepon.
        "Kakakku mau ke sini," jawab Cahaya.
        "Kakakmu yang kerja di kapal itu?" tanya Wirya lagi.
        "Iya," jawab Cahaya.
        Wirya dan Cahaya memang sering bercerita tentang keluarganya masing-masing. Mereka semakin akrab karena sama-sama berasal dari desa. Apalagi, sepupunya juga bekerja di kapal, sama seperti kakak Cahaya.
        "Aku pulang dulu ya," pamit Wirya kepada Cahaya.
        "Gak apa-apa, tak kenalkan sama kakakku," goda Cahaya kepada Wirya yang sepertinya menghindar dan takut bertemu dengan kakak Cahaya. Wirya langsung berdiri dan pamit. Beberapa menit kemudian, tampak Yasif dari arah barat sambil membawa bungkusan plastik besar. Cahaya yang mengetahui tampak tersenyum lebar.
***