Mohon tunggu...
Anni Rosidah
Anni Rosidah Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku Arah Cahaya

Jaga Selalu cita-cita dan mimpimu. Jangan Pernah kau padamkan. Mesti setitik, cita-cita dan mimpi itu akan mencari jalannya

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Arah Cahaya Part 11 (Sahabat)

15 Agustus 2023   20:13 Diperbarui: 7 September 2023   16:13 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                Cahaya bergegas dan mengangkat gagang telepon yang sedari tadi ditaruh di atas meja oleh ibu kos. Dari ujung telepon, terdengar suara pria yang tak lain adalah kakaknya. "Dik, ini aku sudah di Surabaya, kamu siapkan syarat-syaratnya ya. Nanti kita buka tabungan di bank dekat kampusmu," ungkap Yasif.

                "Iya Mas," jawab Cahaya singkat.

                Sejak saat itu, jumlah uang yang ada di tabungan Cahaya semakin bertambah. Jumlahnya hingga mencapai 60 juta. Kakaknya pun memberikan kebebasan kepada Cahaya untuk menggunakan sebagaimana mestinya. Namun demikian, Cahaya yang sangat paham dengan posisinya, hanya menggunakan uang seperlunya saja. Bahkan bisa dibilang terlalu hemat. Mungkin karena itulah, kakaknya memberikan kepercayaan kepada Cahaya untuk membawa tabungannya. Sekali lagi Cahaya bersyukur, betapa Allah sudah mengabulkan do'anya.

                "Terima kasih atas kemudahan yang telah Kau berikan ya Allah," puji Cahaya dalam setiap do'a-do'anya.

                "Tweety!" teriak Noura, gadis cantik dan modis kepada Cahaya yang sedari tadi duduk-duduk di depan kampus menunggu jadwal kuliah yang diawali pada jam kedua.             "Sweety, Sayang," jawab Cahaya sambil cium pipi kanan dan cium pipi kiri yang saat itu tenar disingkat cipika-cipiki.

                "Adik kecil belum datang?" tanya Noura kepada Cahaya.

                "Belum kelihatan dari tadi. Mungkin berangkat dari rumah, biasanya kalau hari Senin berangkat dari rumah," tambah Cahaya.

                Adik kecil adalah sebutan untuk teman kami yang bernama Rida. Cewek imut yang aktif di kegiatan pramuka dan Palang Merah Indonesia ini adalah teman Cahaya dan Noura. Hampir di setiap kesempatan, mereka selalu bertiga. Saking seringnya ke mana-mana bertiga, teman-teman kuliah mereka bahkan ada yang menyebut mereka tiga serangkai.

                Begitulah hari-hari yang mereka lalui selama kuliah, Cahaya yang lebih suka ikut kursus komputer dan bahasa Inggris di luar jam kuliah, Noura yang suka jalan-jalan, belanja dan pacaran. Rida seorang aktivis Palang Merah dan pramuka. Meski berbeda minat, tapi ketika jam perkuliahan, mereka seakan sudah menjadi soulmate yang tak ter-pisahkan. Duduk pun selalu bertiga.

                Siang itu, hari Selasa. Jam kuliah hanya ada di jam pertama dan kedua. Yakni jam delapan hingga jam dua belas siang. Segera setelah jam kuliah habis, Cahaya dan teman-temannya keluar dari ruang kuliah. Noura dan Rida langsung pulang. Sementara Rida yang berencana pergi ke perpustaan untuk mencari buku referensi tugas kuliah kelompoknya segera menuju perpustakaan untuk salat Zuhur dan selanjutnya mencari buku yang diperlukannya.

                "Mau ke mana Aya, ke perpus ya? Ayo bareng," kata Wirya, teman sekelas Cahaya yang memang cukup dekat dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun