Mohon tunggu...
Anni Rosidah
Anni Rosidah Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku Arah Cahaya

Jaga Selalu cita-cita dan mimpimu. Jangan Pernah kau padamkan. Mesti setitik, cita-cita dan mimpi itu akan mencari jalannya

Selanjutnya

Tutup

Book

Arah Cahaya Part 8 (Jodoh Akan Indah Pada Waktunya)

12 Agustus 2023   19:18 Diperbarui: 7 September 2023   16:35 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                Segera keduanya menuju ke makam sebelah kanan. Karena waktu itu, sebelah kiri digunakan untuk peziarah laki-laki dan peziarah perempuan sebelah kanan. Kembali mereka melepas sandal dan memasukannya ke tas kresek yang sudah disiapkan di tas. Di dalam makam, Cahaya mengambil tempat di bagian paling depan dekat dengan makam dan Jamilah duduk agak belakang bersender di pilar. Setelah berdoa hampir satu jam, terdengar suara Azan Isya'.

Cahaya mengajak Jamilah salat berjamaah di masjid Sunan Ampel. Setelah salat, Jamilah mengajak Cahaya berjalan-jalan.

"Ayo jalan-jalan dulu, lihat penjual di luar. Sambil beli-beli nanti kalau ada yang suka," ajak Jamilah.

Cahaya pun mengangguk mengiyakan. Saat malam hari, pedagang khas ziarah wali dengan dagangannya yang bermacam-macam ramai sekali dengan pembeli. Jamilah tertarik membeli jilbab dan henna untuk menyemir rambutnya yang sudah mulai putih. Sedangkan Cahaya, membeli tasbih dan gelang dari batang kayu kokka yang konon kayu ini diperoleh dari pohon kokka yang terdapat di hutan di negara Turki, Nigeria, Arab, Iran, Mesir dan Afganistan yang sangat diminati negera-negara melayu seperti Indonesia yang banyak digunakan untuk gelang, cincin dan tasbih.

                Puas berjalan-jalan, mereka kembali ke areal makam Sunan Ampel hingga hampir pukul 22:00 malam. Karena jumlah pengunjung yang semakin banyak, sepertinya tidak ada lagi tempat tersisa untuk kembali berziarah. Setelah melihat ke sana-kemari dengan seksama, akhirnya mereka mendapatkan tempat kosong paling belakang sebelah kanan dekat tembok. Suasana malam penuh dengan riuh orang berzikir dan mengaji membangkitkan harapan Cahaya untuk berdoa dengan sepenuh hatinya. Yasin, tahlil, surat Al Kahfi, Arrohman, Waqiah, Aljumah, Al Mulk, hingga jus 30 dibaca semua dengan khusuk sampai berulang-ulang memohon kepada Allah agar mengabulkan segala harapan dan keinginannya sampai tak sadar air mata berderai di pipi.

Sementara Jamilah, yang sedari tadi bersender di tembok tampak tertidur. Malam itu, Cahaya berdoa agar ia lulus dan bisa melanjutkan kuliah. Orang tuanya damai, tidak sering bertengkar. Ia juga berdoa agar kelak mendapat jodoh dan berumah tangga dengan bahagia tidak seperti kedua orang tuanya yang selalu bertengkar. Terbayang dalam benak Cahaya, betapa beratnya punya orang tua yang sedikit-sedikit selalu bertengkar. Air mata pun tumpah seperti tak lagi bisa terbendung. Selesai berdoa, Cahaya merasa beban yang ia alami selama ini agak berkurang.

Dalam benak Cahaya saat ini, bahagia adalah saat ia menemukan pasangan yang menyayanginya dan keluarga. Tidak lebih dari itu.

                Jarum jam menunjukkan pukul 01.30 dini hari. Cahaya segera membangunkan Jamilah untuk beristirahat di penginapan areal makam. Setelah berjalan lurus ke arah barat dari areal makam, terdapat penginapan sederhana yang belum selesai dibangun. Di dalam gedung luas tanpa sekat itu juga banyak dijumpai pengunjung lainnya yang ingin bermalam.

"Kita ke situ saja," ucap Jamilah sambil menunjuk tempat kosong dengan alas karpet merah.

Tas yang mereka bawa, mereka jadikan sebagai bantal. Dan kain sarung yang mereka bawa untuk mandi sebagai selimut. Beberapa menit kemudian, meskipun banyak nyamuk dan ramai dengan pengunjung lain yang mengobrol, mereka tampak tertidur lelap.

                Pukul 03:00 pagi, Jamilah bangun lebih dulu dan membangunkan Cahaya. "Ayo bangun, mandi, salat terus pulang. Biar tidak antre nanti di kamar mandi. Kereta tujuan Jombang nanti jam setengah enam," ajak Jamilah. Dan benar saja, di kamar mandi umum tersebut sudah banyak para peziarah, meskipun belum sampai antre.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun