"Kok tahu kalau tujuan kita ke Jombang?" tanya Jamilah penasaran.
        "Tadi sudah tanya Mbaknya," jawab pria tampan itu sambil melirik Cahaya.
        "Karena tujuan kita sama, saya belikan saja sekalian," tambahnya.
        "Tapi kita turunnya tidak sampai setasiun Jombang, hanya sampai setasiun Peterongan," sergah Jamilah.
        "Tidak apa-apa," jawab pria tampan tersebut.
        Sambil menyodorkan tangan ke arah Cahaya, pria tampan tersebut menyebutkan namanya.
        "Heru Purnomo."
        "Cahaya," jawab Cahaya singkat.
        Kemudian pria tampan tersebut juga mengulurkan tangan ke Jamilah dengan ramahnya. Jadilah suasana menjadi cair dan mereka mengobrol akrab seakan sudah kenal lama sebelumnya. Dari ujung, terdengar jelas suara pegawai kereta bahwa kereta Dhoho Tujuan Surabaya-Yogyakarta segera datang. Heru, pria tampan tersebut segera mengajak Cahaya dan Jamilah menuju tempat kenaikan penumpang kereta. Mereka pun masuk dengan menunjukkan karcis kereta yang sudah dibawa kepada petugas setasiun di pintu masuk menuju kereta.
        Segera setelah kereta datang dan berhenti Heru mengajak Cahaya dan Jamilah menuju pintu kereta yang berhenti tepat di depannya berdiri. Tidak seperti ketika berangkat kemarin, pagi ini begitu lengang. Penumpang hanya sedikit sehingga tidak sampai rebutan untuk masuk. Mungkin karena masih pagi, dan setasiun Semut ini adalah keberangkatan pertama. Setelah masuk kereta, Heru mengajak Cahaya dan Jamilah duduk di baris kedua dari pintu masuk. "Kita duduk di situ ya," tanya Heru sambil menunjuk tempat duduk kosong yang berisi dua penumpang-dua penumpang yang saling berhadapan.
        Heru mengajak Cahaya duduk di dekat jendela, kemudian Heru duduk di sebelahnya dan Jamilah duduk di depannya. Cahaya dan Jamilah pun menurut saja. Di dalam kereta, Mereka melanjutkan mengobrol meski Cahaya lebih banyak diam. Sepuluh menit kemudian, kereta pun berangkat. Angin sepoi-sepoi yang sejuk segera menerpa. Pagi itu, dengan iringan suara kereta, Cahaya dan Heru tampak bahagia.