Mohon tunggu...
Anni Rosidah
Anni Rosidah Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku Arah Cahaya

Jaga Selalu cita-cita dan mimpimu. Jangan Pernah kau padamkan. Mesti setitik, cita-cita dan mimpi itu akan mencari jalannya

Selanjutnya

Tutup

Book

Kenanganku.............Masa Depanku

28 Juli 2023   11:23 Diperbarui: 6 November 2023   18:28 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                ,"Kita telah hampir tiga tahun bersahabat, bukan kekasih. Kau juga tahu aku belum pernah pacaran dan belum ingin pacaran. Apalagi menikah. Aku ingin bekerja dulu. Meraih cita-cita dan impianku. Kau tahu itu kan," jawab Rania sambil berkaca.  Air matanya menetes tanpa bisa diduga. Rania yang sedari tadi ceria tiba-tiba tak dapat membendung tangisnya. Ia tak menyangka jika sahabatnya itu tiba-tiba melamarnya. Dalam hati, Rania menyadari jika ia menolak sahabatnya itu, berarti ia memutuskan persahabatan yang ia jalin selama ini. Ia akan kehilangan sahabat sehati yang selalu mewarnai hari-harinya selama ini.

                ,"Kamu boleh bekerja dan bisa  meraih cita-cita serta  impianmu setelah menikah. Aku tidak akan melarang kamu bekerja," jawab Ahmada meyakinkan Rania.

                ,"Setelah menikah, kita akan disibukkan mengurus suami, mengurus anak. Tak akan lagi ada waktu untukku bekerja dan mewujudkan cita-cita," sanggah Rania.

                ,"Maafkan aku Ran yang tidak bisa memberimu waktu banyak untuk memikirkan ini. Tapi aku mohon kau memberiku jawaban sekarang hingga seminggu lagi. Jika tidak, maka aku akan menerima perjodohan orang tuaku," jawab Ahmada tertekan sambil mengusap air mata yang jatuh di pipi Rania.  Waktu itu, Ahmada ingin memeluk Rania seeratnya. Tapi Rania belum memberikan jawabannya. Akhirnya ia pun mengurungkan niatnya.

                Tidak dapat dipungkiri, Dalam hati kecil Rania sebenarnya juga mencintai Ahmada. Tapi saat ini, ia belum memikirkan untuk menikah. ,"Kenapa kau tak meminta aku jadi pacarmu dulu saja," protes Rania dalam hati.

                ,"Ya sudah. Aku pulang dulu. Kalau kamu bertanya kepada orang tuamu, aku yakin mereka akan dengan senang hati mempunyai menantu seperti aku. Tinggal kamu. Bagiamana keputusanmu," tambah Ahmada tegas.

                Kedua orang tua Rania memang sudah sangat mengenal Ahmada. Mereka bahkan sangat percaya kepada Ahmada. Dari kecil hingga kuliah, belum ada satupun laki-laki yang berani pamit mengajak Rania keluar, kecuali  Ahmada. Ahmada memang laki-laki yang sangat pandai mencuri perhatian orang tua Rania. Selain itu, ia juga sangat tegas dan berwibawa. Meskipun banyak wanita dikampusnya menaruh hati padanya bahkan ada yang  sampai menembaknya langsung, tapi Ahmada menolaknya. Mungkin itu pula yang membuat Rania akhirnya jatuh cinta.

                Namun untuk menikah, sepertinya Rania masih jauh dari rencana. Setidaknya, ia ingin bekerja dulu hingga tiga atau empat tahun yang akan datang. Setidaknya, ia ingin menikah saat usianya 26 atau 27 tahun.

                Saat wisuda, sebenarnya Rania sangat ingin mengabadikan momen itu bersama Ahmada. Namun karena lamaran Ahmada kepadanya sehari sebelum wisuda, Rania mengurungkan niatnya. Setelah berfoto dengan orang tua dan teman-temannya. Rania sengaja langsung mengajak orang tuanya pulang ke kampung halamannya. Ia sengaja menghindar bertemu Ahmada dan keluarganya. Dan benar saja, Ahmada mencari Rania kemana-mana tapi belum juga menemukannya.

                Dari begitu banyaknya tamu undangan, tak tampak Rania dimatanya. Kalaupun ada, meski dari jauh atau dari belakang, Ahmada yakin bisa mengenalinya. Setelah beberapa waktu mencari, akhirnya Ahmada tahu kalau Rania sudah pulang bersama orang tuanya. Bahkan Rania tidak mengangkat telpon Ahmada yang berdering hingga ke sekian kalinya.

                ,"Tadi habis foto-foto langsung keluar bersama orang tuanya," jawab Anggita. Salah satu teman Rania

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun