Meski tinggal di Surabaya yang notabene panas, tak membuat Rania menghilangkan kebiasaan jarang mandi yang ia bawa dari desanya.
        ,"Kamu sudah makan? ,"Aku mengambil piring dan sendok dulu ya?," tanya Rania.
        ,"Sudah. Kamu makan saja aku tungguin," jawab Ahmada.
        ,"Memang kamu disini lama? Gag langsung pulang?. Kan makanannya sudah aku terima. Hush hush pulang sana," canda Rania.
        ,"Enggak. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," jawab Ahmada dengan suara pelan.
        Setelah menghabiskan separuh mie cinta yang dibawakan Ahmada, Rania membawa sisa separuhnya ke dalam kamarnya untuk dimakan nanti malam. Ahmada pun tahu kebiasaan Rania yang satu ini.
        ,"Ran, aku ingin bicara," Ucap Ahmada agak gugup.
        ,"Bicara saja. Memang dari tadi belum bicara," timpal Rania bercanda.
        ,"Besok kita wisuda. Kamu tahu kan, setelah wisuda orang tuaku menyuruh aku langsung pulang. Meneruskan usaha toko  pakaian dan usaha kuliner orang tuaku. Jadi sebelum wisuda, sebelum aku pulang kampung. Aku ingin bilang kalau aku ingin kau jadi calon istriku," ungkap Ahmada.
        ,"Kita urus usaha orang tua ayah dan ibuku berdua. Kemarin mereka telpon, jika kamu belum mengenalkan calon istrimu sampai kau wisuda, berarti ayah dan ibu yang akan mencarikan calon istri buat kamu," Tambah Ahmada tanpa memberi kesempatan Rania berbicara.
        ,"Aku sudah cukup lama mengenalmu. Kamu pun begitu. Tidak ada alasan lagi bagimu untuk menolak ajakanku. Lagi pula kita sudah sama-sama dewasa. Aku sudah lama mencintaimu, dan aku yakin kau juga mencintaiku. Akupun sama seperti kamu hanya ingin bersahabat dan tidak pacaran saat kuliah. Tapi besok kita sudah wisuda? ," lanjut Ahmada  sambil memandang wajah perempuan dengan sedikit canggung di depannya.