Mohon tunggu...
Anne Levwingston
Anne Levwingston Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2023 Universitas Pendidikan Indonesia

Hobi saya adalah Membaca dan Menulis sebuah karangan yang bisa dikenang semua orang selamanya, saya sangat berminat pada dunia kependidikan, bahasa, sastra, sejarah, film, dan berbagai hal yang menurut saya akan menjadi konspirasi karena saya sangat menyukai hal yang misteri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secercah Harapan dalam Kegelapan

2 September 2024   09:35 Diperbarui: 2 September 2024   09:38 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Halin terkejut dan merasa tidak percaya. Dengan air mata bahagia, dia memeluk adik-adiknya dan berterima kasih kepada keluarga tersebut. "Kami tidak pernah membayangkan akan mendapatkan keluarga baru yang begitu baik. Terima kasih atas segala bantuan dan kasih sayangnya."

Di rumah baru mereka yang indah, Halin, Damari, dan Surya merasakan kebahagiaan yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Ruang makan yang penuh dengan makanan lezat, kamar tidur yang nyaman, dan perhatian penuh kasih dari keluarga baru mereka membuat mereka merasa disambut dengan hangat. Halin melihat senyum di wajah Damari dan Surya, dan meskipun hatinya merasa lega melihat mereka bahagia, ada rasa hampa yang terus menyelinap dalam pikirannya.

Setiap malam sebelum tidur, Halin sering merenung tentang keluarga lamanya. Di tengah kebahagiaan baru mereka, ingatan tentang ayah, ibu, dan keempat adiknya---Upan, Gema, Basgara, dan Isky---selalu kembali menghantui pikirannya. Namun, seiring waktu, Halin mulai menemukan cara untuk memaafkan ayahnya. Meskipun perbuatan ayahnya sangat menyakitkan, dia menyadari bahwa amarah dan kebencian hanya akan membebaninya lebih lanjut. Halin juga merasa rindu yang mendalam terhadap ibu dan keempat adiknya yang hilang. 

Dengan perasaan campur aduk, Halin menutup mata dan berdoa. Dia berharap agar kenangan tentang keluarga lamanya akan memberikan kekuatan dan inspirasi untuk menjalani kehidupan baru mereka dengan penuh kasih sayang dan syukur. Dan meskipun mereka tidak lagi bersama, cinta dan kenangan mereka akan selalu hidup dalam hatinya.

Di tengah-tengah kegelapan dan kesedihan yang pernah melingkupi hidupnya, Halin menemukan secercah harapan. Seperti cahaya yang menerangi ruang gelap, kehadiran keluarga baru dan kesempatan baru dalam hidupnya memberi Harapan baru bagi masa depannya. Dia menyadari bahwa, meskipun kegelapan bencana tsunami telah membawa penderitaan yang mendalam, secercah harapan itu kini membimbingnya menuju kehidupan yang lebih baik.

Halin bertekad untuk menghargai setiap momen dari kehidupan baru mereka sambil terus mengenang dan menghargai masa lalu yang telah membentuknya. Setiap kali dia melihat Damari dan Surya tersenyum, dia merasa semangat dan kehadiran keluarga baru memberikan kekuatan untuk melanjutkan hidup dengan penuh harapan dan kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun