Lu Wen Xi mengangguk paham, "tapi maafkan aku, aku tidak bisa membantumu, Dinastiku saja, sudah hampir diambang kehancuran jika aku tidak membunuh Han Xin Shu."
Begitulah mereka, setiap harinya saling bertukar informasi tentang daerahnya masing masing. Sampai suatu ketika, Caca, mendapatkan surat dari Kon Shi, ia diharuskan kembali ke Hindia Belanda. Tanpa sepe ngetahuan, sang kaisar, Caca meninggalkan kastil.
Sampailah gadis itu di kampungnya, ia terkejut saat menapakkan kakinya di ruang tamu, keluarganya kedatangan seorang pria Belanda, Caca dengan segera menyimpan tas lusuhnya dan duduk di samping ibunya. "Ada apa bu?" Caca bertanya, kali ini dengan logat jawanya yang kental. "Kenalin Ca, ini Tuan Hendrick, kau akan menjadi nyai nya nanti."
Caca memekik, "APA?"
.
.
.
Sementara itu, di kastil, Kaisar Lu Wen Xi terlihat marah kepada Kon Shi. "Kenapa kau langsung memberinya surat? Kau kan bisa bicara dulu padaku dan jika kau tidak ingin pun kau bisa mengantarnya ke sana."
Kon Shi hanya bisa tertunduk. Lu Wen Xi menarik dan menghela nafas kasar, "bagaimana jika ia tidak kembali? Bagaimana jika ia diharuskan untuk membantu disana dan bahkan..." kata katanya terpotong, "bagaimana jika ia nantinya dijodohkan dengan orang
disana atau dari Kaum Belanda itu." Sorot mata Lu Wen Xi memperlihatkan kekhawatiran. Sebenarnya, Kon Shi tahu jika Lu Wen Xi, kaisarnya sudah menaruh hati kepada tabibnya sendiri, tapi Lu Wen Xi tidak boleh dan tidak akan boleh menikahi Caca.
"Sebelum terlambat, daripada hipotesisku benar, lebih baik bawa aku ke Hindia Belanda, aku akan kembali membawa Caca kesini dan menikahinya."
Kon Shi tersentak, ia benar benar kaget, "tapi... tapi Tuan"