Mohon tunggu...
Annaskura Adisantri
Annaskura Adisantri Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Seorang pelajar sekolah menengah atas yang terus memimpikan hal-hal yang tidak mungkin.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Foreasilva

21 November 2020   22:30 Diperbarui: 21 November 2020   23:18 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa hari selanjutnya, mereka tetap bertemu untuk membahas rencana mereka. Cater dan Siruva saling membutuhkan satu sama lain. Cater membutuhkan informasi dari Siruva dan Siruva membutuhkan rencana Cater.

"Kau yakin tentang hal ini?" tanya Siruva.

"Seratus persen," Cater melukis raut kemenangan di wajahnya. "Akan kubuat mereka menyadari jika hal yang mereka lakukan itu tidak benar."

"Benar," Siruva menghela napas lega. Tidak sepenuhnya, karena mereka belum mengetahui hasil yang akan didapat, "Mereka gila."

"Yah... begitulah. Tempat ini rencananya akan dibuat objek wisata. Orang bilang ide ini adalah ide yang bagus. Memang benar, jika dijadikan objek wisata akan menambah pemasukan anggaran. Nyatanya lebih buruk. Dampaknya akan terasa dalam jangka waktu yang lama. Sebaiknya memang tempat ini tidak perlu dijadikan objek wisata. Pengunjung akan merusak tempat ini. Walaupun terdapat papan peringatan 'jangan merusak tanaman' mereka akan tetap merusaknya," Cater menerawang sekelilingnya.

"Di era seperti ini, sulit mencari orang yang benar-benar taat kepada aturan. Percuma saja memasang papan peringatan jika nantinya tempat ini rusak. Lebih baik membiarkan tempat ini dirawat oleh alam itu sendiri."

Mereka berdua sama-sama diam, larut dalam pikiran masing-masing. Mereka tidak ingin tempat seperti ini dijamah oleh manusia yang mementingkan diri sendiri. Jika alam rusak, makhluk hidup di dalamnya juga akan rusak.

"Aku harus kembali," kata Cater.

Siruva mengangguk. "Semoga beruntung untuk besok."

"Terima kasih. Serahkan padaku," Cater mengepalkan tangannya dan memukul dada Siruva dengan pelan, tanda kepercayaan.

Dengan itu Siruva mengangguk. Ia mengawasi punggung Cater hingga dirinya tak terlihat lagi dalam pandangannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun