Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebuah Kisah Nyata: Berbakti kepada Orangtua dan Membantu Saudara Ada Batasnya

27 April 2021   05:00 Diperbarui: 27 April 2021   19:35 1745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setiap orang memiliki masalah yang berbeda (Sumber: depositphotos.com)

Saya yakinkan Tiwi bahwa jika Fira bisa, maka adik Tiwi pasti bisa juga. Kata kuncinya hanya dua: kemauan dan usaha.

“Semua anak saya pernah magang saat libur panjang setelah lulus SMA sebelum mulai kuliah. Kenapa? Karena saya ingin mereka merasakan dunia kerja. Saya memberi mereka kail dan mendorong mereka untuk belajar memancing, agar mereka mampu bertahan pada saat saya sudah tidak mampu lagi memberi mereka ikan.”

***

Ilustrasi target hidup - foto: Kompasiana
Ilustrasi target hidup - foto: Kompasiana
Sesi konseling berakhir dan Tiwi tersenyum lega. Dia memutuskan untuk berbicara dari hati ke hati dengan adik-adiknya dan mendorong mereka agar mulai belajar mandiri.

“Akhirnya saya mengerti bahwa selama ini saya salah di dalam menunjukkan kasih sayang kepada adik-adik saya. Apa yang saya pikir baik untuk mereka, ternyata buruk karena tidak mendidik.” katanya.

Saya bersyukur melihat Tiwi menyadari kekeliruan pandangannya tentang tanggung jawab anak sulung terhadap adik-adiknya. Akan hal ayahnya, saya memutuskan tidak terlalu banyak mengintervensi. 

Saya mengerti bahwa Tiwi membutuhkan waktu untuk proses discernment. Saya sarankan kepada Tiwi agar ia mendengarkan suara hatinya, agar ia dapat melihat dengan jernih konsep "berbakti kepada orangtua". Saya akan berdoa semoga Tiwi dapat membuat keputusan yang bijak.

Di mata saya, Tiwi adalah gadis muda yang tangguh, pekerja keras dan penuh tanggung jawab. Hanya saja, didikan salah kaprah tentang konsep "berbakti kepada orangtua" dan "bertanggung jawab atas adik-adik" telah membuatnya melupakan target hidupnya sendiri. 

Saya sarankan kepada Tiwi untuk mulai memikirkan dirinya sendiri. Usianya kini hampir 28 tahun. Sudah saatnya dia mulai memikirkan target hidupnya dan menyusun rencana aksi untuk mencapai target tersebut serta mengimplementasikannya. 

Saya berdoa semoga Tiwi berani mengambil keputusan yang tepat, untuk sebuah masa depan yang lebih baik.

Jakarta, 27 April 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun