Mohon tunggu...
anwar hadja
anwar hadja Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pendidik di Perguruan Tamansiswa Bandung National Certificated Education Teacher Ketua Forum Pamong Penegak Tertib Damai Tamansiswa Bandung Chief of Insitute For Social,Education and Economic Reform Bandung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Mengunjungi LP Sukamiskin

15 Oktober 2018   19:23 Diperbarui: 15 Oktober 2018   19:30 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang dalam mengatur taman, kalah dengan Ridwan Kamil yang seorang arsitek. Tapi kaum guru, lebih-lebih guru honorer merasa mendapat perhatian yang wajar. Pada masa awal Ridwan Kamil menduduki Wali Kota, menggantikan Pak Dada. Alih-alih meneruskan program Pak Dada memperhatikan nasib kaum guru, Ridwal Kamil malah mewacanakan penghapusan tunjangan guru honorer, baik dari pemda maupun hibah dari pusat. 

Baru setelah para guru honorer turun ke jalan dan berdialog dengan Ridwan Kamil, wacana penghapusan tunjangan guru honorer tidak dilanjutkan. Hibah dari pusat tetap, sekalipun diterima guru sangat terlambat. Tapi yang tunjangan daerah dihapus. Akhirnya usia guru honorer penerima hibah, yang pada jaman Pak Dada tidak pernah ada pembatasan. Pada masa Ridwan Kamil, mulai dibatasi hanya sampai usia pensiun saja, sama dengan PNS.

***

Hanya seminggu tiga kali, Ibu menengok Bapak," jawab Ibu Dada ketika saya tanya apakah setiap hari menjenguk suaminya. Diam-diam saya mengagumi kesetiaan Ibu Dada yang tak kenal lelah dan terus-menerus mendampingi Pak Dada, terutama melayani tamu-tamu Pak Dada yang tidak putus-putusnya berdatangan menjenguk Pak Dada.

Akhirnya, dengan mengenakan kaos krah putih dengan corak hiasan warna hitam, celana hitam, tak melepas kaca mata yang dipakainya, dengan menyungging senyum, Pak Dada, menemui kami yang sudah beberapa saat menunggu. Kami pun berpelukan, sambil mendoakan kesehatan beliau. Dan dia menjawab dengan senyum, "Terima kasih." Menurut saya, wajah, profil, senyuman, dan penampilan Pak Dada tidak banyak berupah, seperti saat masih menjabat jadi orang nomor satu Kota Bandung.

Tidak seperti teman saya yang pernah menjadi anggota tim sukses ketika Pak Dada maju sebagai Calon Walikota Bandung untuk periode yang ke dua kalinya. Saya mengenal Pak Dada hanya sepintas-pintas saja. Misalnya, di Masjid Mujahidin. Usai shalat Jum'at, ada pengajiaan dari sejumlah tokoh yang diundang. Salah satu tokoh itu, adalah Walikota Bandung, Pak Dada Rosada. Juga saat beliau menghadiri Reuni Alumni Tamansiswa Bandung.

Waktu berkunjung yang tinggal 60 menit cepat berlalu. Terdengar suara bell, penanda waktu berunjung sudah habis. Tahu saya sering ke Masjid Mujahidin, saya diminta teman saya dan Pak Dada untuk mimpin doa bersama. Saya menolak, karena ada yang lebih senior, yaitu Pak Ustad Ahmad Jauhari, pegawai tinggi  Depag Pusat. Ternyata beliau mempersilahkan saya untuk mimpin doa. Akhirnya saya pimpin doa. Saya doakan agar Pak Dada tabah, panjang usia, sehat, sabar, dan istiqomah selalu.

Kami kembali saling berpelukan sebelum berpisah. Juga berpamitan pada Ibu Dada. Melihat Ibu Dada dan Pak Dada, tiba-tiba  ingatan saya melayang ke masa lalu. Masa ketika Ibu Inggit, seperti juga Ibu Dada, dengan  setia secara rutin  menjenguk dan mendampingi Bung Karno saat berada di Penjara Sukamiskin. Benar, seperti kata BJ.Habibie, di balik lelaki yang tabah dan tahan uji dalam setuasi seperti apa pun, selalu ada seorang wanita perkasa. 

Dialah Sang Istri Sejati, Pendamping Setia Suami. Saya kira Ibu Dada dan Ibu Inggit, adalah profil wanita sejati. Dengan ringan, saya dan teman saya, meninggalkan pintu gerbang LP.Sukamiskin, dalam tatapan dingin lelaki berkaca mata hitam di gardu jaga.[15-10-2018]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun