Istri tercinta Bung Karno, Inggit kembali harus bersabar untuk selalu menjenguk Bung Karno di penjara Sukamiskin. Penjara yang lokasinya dari tempat tinggalnya, lebih jauh dari penjara sebelumnya, penjara Banceuy yang berada di pusat Kota Bandung.
***
Musim kemarau masih mendera Kota Bandung. Di ruang pendaftaran sedang menunggu sekitar 22 orang. Sebelumnya tentu sudah banyak tamu gelombang pertama yang daftar dan sudah dapat surat ijin masuk.
Tamu wajib mengambil nomor antrian di sebuah meja yang di jaga dua orang petugas. Deretan kursi tunggu rapih berjajar dalam ruangan hampir seluas satu setengah klas anak-anak SMA, menghadap sebuah bar yang ditunggu petugas lengkap dengan komputer, printer, alat sidik jari, dan alat foto elektronik dengan mata lensa sedikit lebih kecil dari bola mata.Â
Di kanan dan kiri bar berdiri gambar petugas LP berseragam lengkap sedang tersenyum. Gambar petugas laki-laki di kiri bar, tertulis kata-kata ucapan selamat dalam bahasa Sunda, Wilujeng Sumping, artinya, Selamat Datang. Gambar petugas wanita di kanan bar, tertulis kata-kata, Hatur Nuhun, artinya, Terima Kasih. Pada dinding ruangan yang menghadap pintu masuk, tercantum papan pemberitahuan tata tertib berkunjung, hari kunjungan, jam kunjungan, pakaian pengunjung, dan larangan mengambil gambar.Â
Kemudian sebuah tulisan pada papan terpisah,"Pengunjung tidak di pungut bayaran." Kesan saya, ruang pendaftaran jauh dari kesan angker, dengan para petugas yang telah terlatih untuk melayani tamu dengan ramah.
'Nomor dua puluh tiga!" terdengar nomor urut dipanggil dari mimbar petugas. Teman saya berdiri, maju ke depan. "Siapa yang akan dikunjungi? Keluarga?" tanya petugas. Teman saya menjawab, "Bukan, hanya sahabat," jawab teman saya sambil menyebutkan sebuah nama. Petugas pun tersenyum, "Sudah banyak sahabat yang mengunjungi beliau hari ini. Tadi pagi ada beberapa rombongan. Bapak berapa orang?" tanya petugas lagi."Hanya dua orang, itu teman saya," jawab teman saya sambil menunjuk saya yang masih duduk di kursi tunggu.
"Bapak di foto dulu dan diambil sidik jarinya, ya," kata petugas tadi, setelah menjelaskan bahwa cukup ketua rombongan saja yang difoto dan diambil sidik jarinya. Kurang dari lima menit, pengambilan foto, sidik jari, dan input data KTP ke dalam komputer selesai. Lalu print out. Ijin kunjungan pada kertas putih setengah halam kuarto, lengkap dengan data dari KTP, foto berwarna sahabat yang akan dijenguk, dan foto teman saya, sudah diserahkan oleh petugas. Kami pun buru-buru keluar ruangan setelah mengucapkan hatur nuhun.
Kami masih harus berjalan sekitar 100 meter untuk sampai di depan pintu utama masuk ke dalam bangunan utama lapas. Saya baru menyadari, ternyata hampir semua tiang-tiang penyangga bangunan diberi cat warna merah, sedang dindingnya warna kelabu sampai kusam. Secara keseluruhan, seperti bangunan kampus dengan tiang-tiang  kokoh.Â
Tak sengaja, terbaca di sebuah dinding sebelah kiri jalan yang saya lewati, sebuah prasasti yang saya baca sambil lalu. Isinya penjelasan, bahwa Penjara Sukamiskin yang kini bernama Lembaga Pemasyarakatan Khusus Dewasa Muda Sukamiskin Bandung itu dibangun pada tahun 1917, dengan gaya arsitektur Eropa dirancang oleh Prof CP Wolff Scjoemaker. Wah, sudah satu abad lebih ya? Â
Sebuah pintu baja bercat merah mirip cat klenteng yang selalu tertutup, berdiri membisu. Melalui sebuah lubang, teman kami mengintip ke dalam, dan bersitatapan dengan sepasang mata lain dari balik pintu besi yang kami tidak ketahui sosoknya. Setelah teman saya menunjukkan ijin kunjungan melalui lubang berbentuk kotak itu, terdengar pintu besi yang dari tadi membisu, terbuka pelan-pelan. Kami cepat menyelinap masuk, sebelum pintu tertutup kembali.