Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

China Kehilangan Citra Internasionalnya di Bawah Presiden Xi

9 April 2022   05:58 Diperbarui: 9 April 2022   06:02 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Lithuania Nauseda yang melawan China atas masalah Taiwan. | Sumber: KONSTANTIN SAZONCHIK/TASS 

Semua orang tahu bahwa RRC memiliki rezim otoriter di bawah kendali penuh Partai Komunis China (PKC) yang berkuasa sejak terbentuknya pada tahun 1949. Tidak ada partai politik lain yang diizinkan untuk beroperasi di negara tersebut. Hal yang paling berbahaya di China adalah Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), yang setia kepada PKC bukan kepada negara ataupun pemerintah China.

Baru-baru ini, China menghancurkan demokrasi di Hong Kong. Kebebasan berekspresi dan kebebasan pers tidak ada di China. Semua surat kabar internasional, majalah, saluran TV dan platform media sosial utama seperti Facebook, Instagram, Twitter  dilarang di China. Seluruh media dikendalikan sepenuhnya oleh pemerintah.

China adalah negara polisi, yang secara ketat mengontrol semua aktivitas dari 1.44 miliar penduduknya setiap hari. Orang-orang di Tibet dan Xinjiang telah lama berjuang untuk kebebasan beragama. China telah melakukan genosida budaya di Xinjiang selama dua dekade terakhir.

China merupakan pembohong terbesar dalam hal perdamaian dunia, intimidasi, hegemoni, hukum internasional dan hidup berdampingan secara damai.

Terlepas dari klaim besarnya bahwa perdamaian adalah satu-satunya tujuan yang diharapkan China, China yang otoriter secara terbuka mendukung agresi militer rekan Rusianya yang kuat Vladimir Putin terhadap Ukraina.

"Keputusan pemimpin China Xi Jinping untuk mengeluarkan pernyataan pada bulan lalu [Februari] yang menguraikan kemitraan 'tanpa batas' dengan Moskow bisa dibilang merupakan kesalahan kebijakan luar negeri terbesar selama hampir 10 tahun berkuasa," tulis Jude Blanchette, cendekiawan terkemuka dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), baru-baru ini di jurnal Foreign Affairs.

"Deklarasi publik Xi, ditambah dengan dukungan diplomatik berkelanjutan Beijing untuk Moskow, telah merusak reputasi China dan memicu kekhawatiran baru atas ambisi globalnya."

Saat berbicara, Xi selalu mengedepankan ide dan konsep yang tidak realistis.

"Orang China adalah orang yang cinta damai dan tahu betul nilai perdamaian dan stabilitas. Kami dengan teguh mengikuti kebijakan perdamaian luar negeri yang independen, berdiri teguh untuk keadilan, dan dengan tegas menentang hegemoni serta politik kekuasaan. Rakyat China adalah pendukung kuat negara-negara berkembang lainnya dalam perjuangan mereka yang adil untuk menjaga kedaulatan, keamanan dan kepentingan pembangunan," ungkap Xi pada pertemuan di PBB bulan Oktober 2021.

Sejarah Komunis China penuh dengan darah dan kekerasan.

Pembunuhan massal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun