Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Penderitaan Muslim Uyghur: Mengapa Negara-negara Tetap Diam?

17 Maret 2022   06:56 Diperbarui: 17 Maret 2022   08:04 3600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengungsi Uyghur melakukan aksi di depan Gedung Dewan Uni Eropa di Brussels, Belgia. |  Sumber: eurobserver.com/Belgian Uighur Association

Dengan pandangan yang serupa, Ayjaz, yang belajar di Xinjiang selama satu tahun, mengecam China atas diskriminasinya terhadap Muslim Uyghur di Xinjiang.

"Namaz [sholat] adalah kegiatan keagamaan ilegal di sana. Mengenakan jilbab atau pakaian Islami dilarang," ungkap Ayjaz.

Tidak hanya itu, Muslim Uyghur, menurut Omer, dilarang untuk memberikan nama Islami seperti Muhammad dan Fatima kepada anak-anaknya.

Menurut Institut Kebijakan Strategis Australia (ASPI), sejak tahun 2017, 16,000 masjid telah dihancurkan sebagian atau seluruhnya di Xinjiang.

Menyelenggarakan upacara keagamaan untuk kematian ayah sendiri juga bisa menjadi kejahatan serius di China.

"Rehena Gul telah dijatuhi hukuman 17 tahun [penjara] karena menjalankan ritual keagamaan setelah kematian ayahnya dan memiliki beberapa buku agama," ujar Omer.

Bahkan ekspresi paling mendasar dari sentimen keagamaan telah dilarang, termasuk: menumbuhkan jenggot panjang, berbagi atau menerima pesan keagamaan secara online dan mengajarkan anak-anak di bawah 18 tahun tentang agama.

Lebih dari 1,000 Imam Uyghur dan tokoh agama terkemuka ditahan atau dipenjara.

Ada juga kampanye yang ditargetkan di mana 312 intelektual Uyghur terkenal ditangkap atau dihilangkan.

"Ini, tentu saja, hanya puncak gunung es. Jumlah sebenarnya jauh, jauh lebih tinggi," jelas Omer.

Ratusan ribu anak-anak Uyghur, kata Omer, telah diambil dari keluarga mereka dan dimasukkan ke dalam fasilitas yang dikelola oleh negara, di mana mereka menjadi sasaran indoktrinasi politik pada usia dini. Mereka dilarang untuk berbicara dalam bahasa mereka sendiri dan mereka tidak pernah melihat keluarga atau kerabat mereka lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun