Fenomena permasalahan terkait psikologi remaja terkait self esteem banyak kita jumpai. Masa kritis remaja dalam memaknai dirinya seringkali melakukan intimidasi terhadap dirinya sendiri.
Mereka yang senang mengintimidasi diri sendiri karena memiliki self esteem yang rendah. Pemicu hal ini tentu beragam, bisa berasal dari faktor eksternal dan internal remaja itu sendiri.
Trauma, lingkungan yang buruk, kurang kasih sayang dari orang tua juga bisa menjadi pemicu rendahnya self esteem seorang remaja. Terkadang mereka bertindak impulsif karena tekanan di dalam jiwanya.
Era digital turut menyumbang menjadi penyebab rendahnya self esteem remaja. Pergaulan yang buruk dan lingkungan yang tidak mendukung menyebabkan semakin terpuruknya batin remaja.
Artikel ini, akan membantu Anda mengetahui tentang bagaimana psikologi remaja terkait self esteem. Pencegahan segera dilakukan agar remaja mempunyai kepercayaan diri untuk menyongsong masa depan yang cerah.
Apa Itu Self Esteem?
Menurut Morris Rosenberg seorang sosiolog, menjelaskan definisi dari self esteem yaitu sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, baik sikap positif dan negatif. Bagaimana seseorang itu mengevaluasi dirinya sendiri terhadap pikiran dan perasaannya dalam hubungan dengan dirinya sendiri (1965).
Self esteem diartikan sebagai "harga diri", "nilai diri", atau "kepercayaan diri". Self esteem merupakan cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri, tentang kemampuannya, penampilannya dan nilai-nilai yang dianutnya.
Komponen atau unsur-unsur pokok dalam self esteem itu meliputi rasa percaya diri, memiliki kompetensi, perasaan aman, merasa mempunyai sesuatu, dan memiliki identitas yang tervalidasi. Unsur-unsur inilah yang akan membuat seseorang memiliki self esteem yang sehat.
Self esteem dalam diri seseorang akan kembali kepada dua hal yaitu self esteem yang tinggi (sehat) atau rendah. Kedua hal ini tergantung bagaimana seseorang menilai dan memberikan rasa penghargaan dan penghormatan kepada dirinya sendiri.Â