Jangan lupa, bagi yg gk kuat gelombang diharapkan membawa obat anti mabok yang banyak jd selama perjalanan tidur pulas sampai sampai gelombang saja gak berasa yang berasa malah gelombang cinta,, eaaa eaaa eaaa.Â
Dalam perjalanan saya dan suami menikmati angin sepoi malam hari sambil makan pop mie, cappuccino hangat dan taburan bintang yang begitu luar biasa,tapi sayang suami saya gak bisa ngambilin satu bintang buat saya xixixixixixi. Pukul 05.00 WIT sampailah saya di Pelabuhan Namlea.Â
Namanya pelabuhan pasti rame ya apalagi kalau ada kapal datang. Dari pelabuhan, saya sama suami dijemput saudara, tapi tenang saja disana meskipun pagi sudah banyak oto (angkutan kota) dan ojek dengan biaya tergantung arah dan rute tujuan.Â
Sore hari di Namlea, cuaca begitu cerah untuk menambah koleksi foto di handphone berfotolah saya di lapangan yang dipenuhi dengan ilalang dan pohon kayu putih yang udara begitu segar banget jauh dari polusi sembari menunggu berbuka puasa.
Karena cuaca dan perijinan kapal belum usai kita bermalam di Namlea, perjalanan masih panjang  menuju Pulau Tengah (pecahan Pulau Buru), pulau yang sangat kecil dan kalian pasti berpikir kok bisa ya pulau sekecil itu ada kehidupan? Akupun juga berpikiran sama,,
Setelah selesai mengisi tenaga, saya dan suami melakukan perjalanan kembali menuju Pulau Tengah dengan menggunakan Kapal Pinisi. Kapal ini dalam berlayar hanya menggunakan tenaga angin, penentuan arah berdasarkan rasi bintang dan feeling.Â
Pantas saja ya nenek moyang Indonesia itu seorang Pelaut.Bismillah, start jam 16.00 WIT kita berlayar menuju Pulau Tengah dengan memakan waktu 8 jam, sungguh melelahkan dan mengasyikan,, asyik memang karena ditemenin suami jadi capeknya terhempas.Â