"Mereka Abang titipkan ke rumah Ibu, Maryam." Ahmad tersenyum melihat keadaan istrinya yang sudah sadarkan diri. Kekhawatirannya hilang.
"Maryam, maafkan Abang. Bukan kamu yang tak memperhatikan Abang tapi Abang yang tak memperhatikanmu, Maryam." Tanpa sadar bulir bening menetes di pipi Ahmad.
Sesalnya begitu besar karena sudah menuduh Maryam tidak benar. Maryam masih sama seperti dulu. Maryam tidak berubah. Maryam masih mencintainya. Kesibukanlah yang menyita waktunya sehingga ia tak bisa lagi seperhatian dulu. Maryam tersenyum lembut melihat Ahmad.
"Aku mencintaimu, Maryam."
"Aku juga mencintaimu, Bang."
Taiwan_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H