Mohon tunggu...
Ani Siti Rohani
Ani Siti Rohani Mohon Tunggu... Buruh - Perempuan penikmat sunyi

Life is never flat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Penanti Senja

4 Mei 2019   07:59 Diperbarui: 4 Mei 2019   11:56 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : Pixabay

'Mas Faris minggu depan pulang. Semoga dia  akan melamarmu, Nad. Maaf aku tak sanggup memberimu keputusan yang pasti.'

-Hilmi-

Kata-kata itu kudapat sore tadi. Sebelum mentari mulai melangkah pergi. Aku mengajak Alya ke pantai Losari. Menanti senja. Menanti mentari beranjak pergi. Menanti malam mengganti.

"Ya, yang bisa kita lakukan adalah menanti. Menanti yang pasti datang menghampiri. Seperti senja yang pasti datang mengganti sore menjadi malam hari. Seperti fajar yang pasti datang mengganti malam menjadi indahnya pagi," ucap Alya sembari menatap indah senja nan merah.

"Mas Faris, mangkinkah  dia senja yang kunanti selama ini?" tanyaku menatap teduh mata sahabatku.

 Senyum mengembang di dua pasang bibir gadis penanti senja tepat di saat bulir bening dari langit jatuh ke bumi. Suara adzan Magrib menggema. Kami berlari di antara rintik gerimis. Meninggalkan mentari yang memang sudah pergi. Pergi untuk kembali menyambut pagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun