"Aku ingin bicara sebentar denganmu," ucap Hilmi.
"Bicara apa? Bicara saja, silakan!" balasku masih was-was memperhatikan orang-orang di sekitar surau.
"Aku menyukaimu, Nad. Maaf. Mungkin seharusnya aku tidak seperti ini tapi aku benar menyukaimu. Aku baru menyadarinya."
Aku sekilas menatapnya tidak percaya, lalu aku segera menundukkan pandanganku.
"Apa kamu mau menikah denganku?" lanjutnya lagi.
Hening. Aku tak segera menjawab. Suara gemuruh muncul dari atas. Sepertinya akan turun hujan. Sebab rembulan tak menampakkan wajah rupawan. Demikian pun bintang. Mereka entah ke mana menghilang.
"Bagaimana dengan Mas Faris?" tanyaku lirih.
"Ah, benar. Kamu menyukai abangku. Kamu menyukai Bang Faris. Mana mungkin  kamu akan menerimaku," balas Hilmi.
"Aku bukannya tidak menyukaimu, Mi. Siapa pula yang tidak suka dengan lelaki sholeh sepertimu," balasku.
"Lantas, keputusan apa yang akan kamu ambil?" tanya Hilmi.
Aku diam sejenak. Memikirkan jawaban yang setidaknya akan kuanggap paling tepat.