Mohon tunggu...
Ani Siti Rohani
Ani Siti Rohani Mohon Tunggu... Buruh - Perempuan penikmat sunyi

Life is never flat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kado Pernikahan untuk Melia

2 April 2019   10:52 Diperbarui: 2 April 2019   11:04 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : Pixabay

Melia, dia tak pernah menyadari aku mengawasinya dari sini. Melalui sebuah akun Facebook dengan nama samaran yang kubuat, aku mengirimi permintaan pertemanan padanya untuk aku bisa mengetahui setiap kabarnya. Beruntung, karena Melia memang begitu aktif menggunakan akun sosmednya itu. Aku tak perlu bersusah payah untuk mencari info tentangnya.

Aku mengiriminya surat. Memberi selamat atas pernikahan yang akan dilangsungkannya bersama lelaki bernama Ardi Setiawan itu. Aku juga mengiriminya sebuah kado pernikahan. Sebuah gaun merah yang kurasa akan membuatnya akan terlihat lebih anggun dan cantik jika dikenakan. Dan, aku yakin Melia pasti bertanya-tanya dari mana aku mengetahui semua itu. Melia pun pasti berharap aku akan datang. Dia pasti menungguku.

***

Rembulan bersinar terang malam ini. Tak henti aku menatapinya, senyum tipis kusimpulkan dari kedua bibirku. Bahagia, tentu saja. Malam ini Melia akan menikah, dia akan menjadi wanita seutuhnya. Memiliki seorang suami, anak, memiliki sebuah keluarga. Tak lagi menjadi sebatang kara yang ditinggal mati ibu dan ayahnya, juga ditinggal pergi oleh seorang kakak yang sekian tahun tak mau menemuinya.

Janjiku sudah terpenuhi. Meski harus aku mengalami perih bertubi-tubi. Biarlah, biarkan asal Melia bahagia dengan kehidupannya. Biarkan, asal Melia tak menjadi wanita rusak sepertiku.

Aku lelah, sungguh lelah. Setelah sekian lama hidup dalam bergelimangan dosa, kurasa ini saatnya aku menghentikan semuanya. Semua harus kuakhiri di sini. Sebab semuanya sudah selesai. Aku tak lagi menanggung hutang yang ibu tinggalkan sebelum dibunuh oleh kekasih keparatnya itu. Aku sudah berhasil menjadikan Melia menjadi orang besar. Serta pun, Melia sudah akan memiliki keluarga baru kini.

Aku tak berhenti tersenyum, berayun di sebuah ayunan yang sengaja kupasang di halaman depan rumah sebagai tempat bersantai. Aku biasa menghabiskan waktu di sini, membayangkan masa laluku bersama Melia di sini, setiap hari, setiap aku merindukannya, seperti malam ini.

Aku malu, teramat malu untuk menemuinya. Aku kotor, hina. Melia tak pantas hidup bersama seorang pelacur sepertiku. Dia harus menjadi wanita yang bersih. Aku tak ingin menodai kehidupannya dengan keberadaanku di sisinya. Meski aku sangat, sangat merindukannya.

Malam ini aku akan mengakhirinya. Aku berjanji tak akan lagi melayani napsu bejad para lelaki yang kerap meniduriku selama ini. Rasa muakku terhadap mereka akan kutuntaskan hari ini. Setelah ini, tak boleh lagi, tak akan lagi ada lelaki yang menindihku dan membuatku mual dengan aroma keringat yang menyengat.

Mereka, tak akan lagi menjumpaiku sebagai seorang pelacur idaman yang mereka incar. Aku akan berhenti hari ini, malam ini. Sebab tugasku sudah selesai. Tak ada yang perlu lagi kulakukan. Tabunganku sudah banyak, rumah megah sudah kudapat lalu apa lagi? Aku sudah memiliki semuanya. Setelah dera yang bertubi-tubi, aku mendapatkan banyak sekali. Meski dengan cara yang kuyakin Tuhan tak akan meridhoi. Tuhan tak akan mengampuniku. Dosaku begitu banyak. Aku sendiri merasa engap, menyangga dosa yang kian lama kian menghimpit dada.

Aku tak menginginkan ini. Jika saja, Tuhan sedikit berbaik hati padaku untuk tak menimpakan begitu banyak beban di pundak, mungkin aku tak akan memilih jalan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun