Mohon tunggu...
Ani Siti Rohani
Ani Siti Rohani Mohon Tunggu... Buruh - Perempuan penikmat sunyi

Life is never flat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibuku, Surgaku

26 Maret 2019   12:19 Diperbarui: 26 Maret 2019   12:29 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yang sabar, Nak," lanjutnya.

Sementara aku, dadaku seketika berguncang hebat. Tangisku runtuh.

"Ibu ...!" teriakku.

Aku berlari memasuki ruangan ibu. Langkahku terhenti, ketika mendapati tubuh ibu tertutup rapat. Pandanganku kabur. Semua berubah menjadi gelap.

_Nak, maafkan ibu. Ibu seharusnya menceritakan ini dari awal. Tapi ibu tidak sanggup. Kau bilang kau ingin mendengar kenyataan. Baik, ibu akan menjelaskan kebenaran.

Ratih, yang tak lain ibu dari Alisa sahabatmu, ia dulu sahabat ibu. Ia membenci ibu sebab sesuatu. Beberapa hari setelah suami ibu meninggal, suami Ratih terus mendekati ibu. Tapi ibu tak pernah membalas. Hingga suatu hari, suaminya memaksa ibu untuk melayani nafsu birahinya. Ibu hanya seorang wanita lemah, Nak. Ibu tak sanggup melawan. Dia memperkosa ibu. Seusai itu, masih dengan kondisi kacau, Ratih memergoki apa yang terjadi. Ibu difitnah oleh suaminya. Ia bilang ibu yang menggodanya. Beberapa minggu setelah kejadian itu, ibu mengetahui kalau ibu hamil, Nak. Sejak itu, ibu memutuskan untuk pindah rumah. Ibu tak ingin merusak rumah tangga mereka dengan kehamilan ibu.

Sekali lagi maafkan ibu, Nak. Percayalah, yang ibu lakukan adalah sebab ibu menyayangimu._

Aku meremas surat dari ibu. Tidak sepatutnya aku menyakiti hatinya. Ibu sudah terlalu sakit menyembunyikan kenyataan yang telah menimpa kehidupannya. Seharusnya aku tidak menambahkan dengan kesakitan yang lain. Seharusnya tidak!

"Maafkan aku, ibu ...,"lirihku.

Aku bangkit dari ranjang. Melepas infus yang menyangkut di tangan. Aku berlari mencari ibu. Berlari menghampiri jenazah ibu. Dan aku, aku sudah terlambat. Aku benar-benar sudah terlambat.

Kaohsiung, 18 Maret 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun