Ustadzah Halimah tak henti-hentinya memulai obrolan dengan Esa. Sampai-sampai Esa tidak tau dia akan dibawa pergi kemana. Ustadzah Halimah bercerita bahwa Hanna kini sedang sakit yang cukup parah, hati Esa teriris mendengar cerita dari ustadzah Halimah. Kemudian mereka sampai disebuah rumah yang cukup jauh dari tempat tinggal Hanna.
Ustadzah Halimah mengajak Esa masuk ke rumah itu. Ada ibunya Hanna yang sudah menunggu di teras rumah. Ibu Hanna menyambut kedatangan mereka lalu memeluk Esa. Ibu Hanna kemudian memperbolehkan Esa masuk ke rumahnya dan mengajak Esa ke sebuah kamar kecil.
"Sa, Hanna nya sakit, Sa." Ucap Ibu Hanna sembari menunjukkan Hanna kepada Esa.
Hanna terbaring lemah diatas ranjang. Wajahnya terlihat pucat dan kepalanya dipenuhi dengan perban. Esa tidak kuat menahan lagi, ia menangis sejadi-jadinya. Sahabat baiknya yang ia anggap sebagai saingannya itu kini terbaring lemah. Ustadzah Halimah memeluk Esa untuk menenangkan gadis cilik itu.
"Ustadzah.. Hanna kenapa? Ibu.. Hanna kenapa?" Tanya Esa sambil menangis.
"Hanna sakit di bagian kepalanya, Sa. Dokter bilang saraf di kepala Hanna terjepit dan sekarang keadaannya makin buruk," jelas Ibu Hanna.
"Tapi Hanna bisa sembuh, kan? Kasian Hanna nya, Bu.."
"Insyaallah Hanna pasti sembuh, Esa bantu doa saja ya semoga Hanna cepat sembuh"
Ustadzah Halimah memeluk Ibu Hanna yang kini menangis. Pertemuan kedua sahabat itu sangat mengiris hati. Membuat siapapun yang melihatnya menangis terisak.Â
Setelah berbincang tentang penyakit yang diderita Hanna, Esa menyimpulkan bahwa Hanna sakit dikarenakan benturan keras di kepalanya. Ibu Hanna menjelaskan secara detail kepada ustadzah Halimah dan meminta agar Hanna didoakan supaya cepat pulih. Hari sudah malam, ustadzah Halimah dan Esa pun pamit pulang.
Esok pagi nya Esa menceritakan tentang keadaan Hanna pada seluruh anak di TPQ. Kebetulan semua anak di TPQ bertempat tinggal tidak jauh dengan Esa jadi mudah untuk memberitahu semua anak itu. Mereka berencana untuk memberikan sumbangan seikhlasnya dan kata-kata penyemangat untuk Hanna. Dengan sepenuh hati Esa merangkai kata-kata penyemangat untuk sahabat satu-satunya itu.Â