"Dulu ya warung biasa, tapi kok ada aja yang minta dimasakin paru, cumi, babat, dan sebagainya. Daripada satu-satu gitu yaudah jadi satu aja jadi nasi madura" terang Bu May.
Engga hanya karyawan pertokoan dan pergudangan sekitar warung yang jadi pembelinya, warung ini semakin dikenal bahkan bagi para pelancong dari luar kota Surabaya.Â
Walaupun sudah terkenal dan selalu ramai, Bu May tidak ingin pindah ke lokasi dan ruang yang lebih ekslusif atau lebih besar. Baginya, interaksi dengan pelanggan, kebersihan warung dan alat makan, kualitas dan rasa makanan adalah yang utama.Â
"Jam makan siang itu selalu antre, saya dan beberapa rewang biar pembeli engga sumpek ya diajak guyon, menjalin interaksi biar muncul rasa saling pengertian. Kadang ya saya kasih minum dulu atau cemilan dulu".Â
Jujur saja, saya kaget dengan jawaban Bu May tersebut, karena engga banyak orang menyadari pentingnya interaksi sebagai cara menumbuhkan rasa saling pengertian. Apalagi selama ini ada stigma, semakin ramai semakin jual mahal.Â
Interaksi dalam warung sederhana itu bentuknya beragam. Ada yang berbentuk sambat dari karyawan yang sedang kesal dengan atasannya. Ada yang berbentuk curhat bahagia karena ditraktir rekan kerjanya, sampai ada yang minta tolong dicarikan jodoh oleh Bu May.Â
Namun, Bu May tetap menanggapi dan mendengarkan segala cerita dan celetukan dari beragam pembelinya dengan pembawaan yang santai dan guyon. Saya belum satu jam di warung outdoor tersebut, tapi sudah begitu banyak cerita dari beragam orang yang saya dengarkan. Saya juga ikut menanggapi beberapa cerita karena relate, wkwk.Â
Interaksi yang terbuka inilah yang membuka ruang bagi para pembeli untuk tidak sungkan. Jika ingin emboh alias nambah nasi atau sambal, monggo saja lur. Apalagi dengan lauk yang banyak dan beragam, ada beberapa orang yang ingin menghabiskannya tanpa sisa dengan kepuasan yang maksimal, wkwk.Â
Apapun yang diinginkan pembeli di warung ini, coba komunikasikan saja dengan Bu May atau rewangnya, jangan coba-coba untuk sungkan. Tips saya, bilang aja daripada menyesal kemudian!
Walaupun semakin populer dikunjungi oleh banyak orang dari beragam latar belakang. Warung Kongde, tetaplah warung Kongde. Kalaupun berubah, harapan Bu May berubah ke arah yang lebih baik. Bersama beberapa rewangnya, beliau berusaha untuk membahagiakan para pembelinya dengan pendekatan interaktif.Â