Mike Buchanan menuliskan dalam bukunya yang berjudul The Ugly Truth of Feminism, bahwa feminisme adalah ideologi (isme) paling riskan di dunia yang tengah berkembang saat ini. Ideologi feminis jauh dari pembelaan terhadap relevansi perempuan, tapi hanya membela kelompok elite tertentu. Feminisme mengintimidasi perempuan dengan memaksa mereka menjalani sesuatu yang kontradiktif dengan naluri mereka dan menyebabkan perempuan bergantung pada dunia kerja untuk bertahan hidup (economic survival). Feminisme juga menjadi pemicu berbagai kegetiran dan mengacaukan kesehatan mental, baik laki-laki maupun perempuan, tapi lebih berpengaruh pada perempuan.
Akibat maraknya perempuan yang mendengungkan kesetaraan gender tanpa dasar dan sandaran yang jelas, feminisme masih dianggap benalu oleh masyarakat. Tania YuliaNoor dalam situs Kompasiana memaparkan beberapa buntut negatif dari feminisme, yaitu sifat independen yang eksesif mencetuskan pikiran bahwa menikah merupakan beban dan melahirkan anak akan menambah kalut hidup mereka. Dampak kemiskinan yang banyak menerpa perempuan juga menjadikan mereka rela untuk bekerja apa saja. Contohnya pekerja seks komersial, mereka menggunakan tubuhnya sebagai alat untuk memikat konsumen yang menjadikannya hina dan dapat menanggalkan martabatnya di bawah garis kemanusiaan.
Pada akhirnya, dapat kita simpulkan bahwa banyak orang yang tidak memahami bahwa memperjuangkan kesetaraan gender tidak berarti memperjuangkan keadilan bagi kaum perempuan karena keadilan tidak terus-menerus bermakna "penyamarataan". Interpretasi gender yang dimaksud pun tidak menyatakan jenis kelamin biologis tertentu. Karena itu, tanpa kita sadari, mereka yang memperjuangkan gagasan kesetaraan gender, hakikatnya sedang memperjuangkan ideologi kaum feminis; yaitu sebuah ideologi yang mengusung independensi tanpa batas. Khususnya, batas nilai-nilai agama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI