"Papa, Joe mana?" Papa masih saja diam. Wajahnya menunduk. Sepertinya sedang berdoa. Aku masih saja mengamati nisan besar digadapanku. Tertulis nama Joe dengan nama keluarga di belakangnya.
Satu detik,
Dua detik,
Aku terdiam. Semua ingatanku kembali. Tentang sebuah mobil yang melaju cepat di depan sekolah, tentang sebuah ruangan yang penuh dengan alat kesehatan, bahkan tentang orang-orang yang mengiringi Joe untuk beristirahat.
Aku berteriak histris. Aku ingin berlari jauh saat ini. Aku ingin berlari untuk kembali melupakan ini semua. Aku benci memoriku. Joe telah pergi. Joe tidak lagi menjadi sahabat Anna. Joe jahat.
Papa memelukku erat. Aku dapat mendengar bisikannya disela-sela tangisanku. Papa memintaku berhenti bermain dengan Joe. Papa juga memintaku untuk berhenti mengingat Joe. Setelah itu papa memintaku mengikhlaskan kepergian Joe.
Joe bahagia disana? Joe tidak benar-benar meninggalkan Anna? Joe... Anna ingin bermain dengan Joe. Joe, Anna takut...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H