Mohon tunggu...
Anindita Zhafirah Kurniawati
Anindita Zhafirah Kurniawati Mohon Tunggu... Dosen - mahasiswa

saya adalah seorang mahasiswa yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teknik Mempercepat Pematangan Buah yang Ekonomis dan Ramah Lingkungan

11 Desember 2023   21:11 Diperbarui: 11 Desember 2023   21:36 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: agensupplierbuah.blogspotcom

          Buah memiliki beberapa fase atau siklus hidup, yaitu pre maturasi (pembelahan dan pembesaran sel), maturasi (pendewasaan sel), ripening (pematangan), dan juga senesensi (penuaan atau pelayuan). Menurut Puspita, et al (2020), mekanisme pematangan buah selama penyimpanan yaitu buah yang dipanen sebelum matang dan akan mengalami proses pematangan (ripening) selama masa penyimpanan. Terjadi proses biokimia dan juga perubahan fisiologis saat buah disimpan. Buah klimaterik masih dapat melakukan respirasi setelah dipanen. Respirasi akan memicu biosintesis hormon etilen yang digunakan dalam mempercepat pematangan buah (Maya Sari & Juliana Simbolon, 2020).

          Hal ini didukung oleh pendapat Prayitno (2023), yang menyatakan bahwa buah akan memasuki tahap ripening dengan terjadinya proses respirasi dan transpirasi. Pada proses respirasi terjadi degradasi senyawa kompleks menjadi sederhana. Laju respirasi buah menjadi indikator aktivitas metabolik jaringan, sehingga berkaitan dengan umur simpan produk. Sedangkan pada proses transpirasi akan terjadi penguapan kandungan air pada buah yang menyebabkan terjadinya penurunan bobot buah. Hasil dari perubahan secara kimiawi akan tampak pada bentuk fisik buah, sehingga terjadi perubahan warna, rasa, tekstur, dan aroma (Fertiasari, et al  2023).

          Tingkat dan status kematangan pada buah dapat diidentifikasi dari segi visualnya yakni terjadi perubahan warna dinamis pada bagian kulit buah akibat adanya biosintesis pigmen, lebih tepatnya degradasi klorofil secara bertahap sehingga antosianin dan karotenoid dapat keluar. Warna kulit buah ini selain menjadi indikator kematangan juga menjadi indikator kualitas, kesegaran, dan juga sebagai parameter penting dalam pengklasifikasiannya.

         Menurut Triasmoko (2021), teknik mempercepat pematangan buah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pematangan alami dan buatan. Pematangan alami merupakan metode penyimpanan buah dalam ruang tertutup, sehingga konsentrasi etilen alami pada buah dapat meningkat seiring waktu. Teknik pematangan alami ini hanya dapat diterapkan pada golongan buah klimaterik saja, sebab buah non-klimaterik tidak dapat mengalami pematangan setelah dipetik. Pematangan alami dinilai lebih mudah untuk diterapkan, sederhana, dan pastinya keamanan pangan terjamin. Selain itu, teknik pematangan alami dinilai lebih ekonomis, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

         Pematangan alami juga dapat dianggap sebagai metode pematangan buah secara tradisional. Beberapa metode pematangan buah secara tradisional diantaranya: Pertama, dapat dilakukan dengan menggunakan handuk/kain/serbet untuk membungkus buah hingga buah menjadi empuk dan harum. Kedua, menyimpan buah dalam wadah beras. Menurut Chalida, et al (2022), beras mampu menahan gas etilen dengan sangat baik. Disarankan buah yang ingin dimatangkan menggunakan teknik ini adalah buah yang masih hijau, sebab proses pemasakan buah terjadi dengan sangat cepat.  Ketiga, memasukkan buah dalam kantong plastik atau kantong kertas kemudian diikat sedikit longgar pada bagian mulut kantong plastik/kertas sehingga dapat mencegah keluarnya gas etilen, sehingga buah akan lebih cepat matang. Keempat, menempatkan buah yang masih mentah di dekat buah yang sudah matang. Hal ini dikarenakan gas etilen akan berdifusi di dalam kantong tersebut dan mendorong pematangan sisa buah agar dapat matang lebih cepat. Kelima, memasukkan buah dalam wadah yang telah dialasi daun kemudian dilapisi kembali dengan daun di bagian atas buah, demikian seterusnya sampai seluruh bagian buah tertutup daun lalu dibiarkan selama beberapa hari. Proses pematangan buah dapat terjadi akibat pengaruh panas dari fermentasi daun yang akan membusuk atau rusak sehingga menimbulkan panas.

          Pematangan buatan merupakan proses untuk mematangkan buah yang dapat dikendalikan agar bisa mendapatkan karakteristik yang diinginkan, sehingga dapat diterima bahkan meningkatkan daya tarik konsumen. Pematangan buatan biasanya diaplikasikan pada buah klimaterik, agar kematangan tercapai lebih cepat sekaligus mendapatkan tingkat kematangan yang seragam dan merata.

         Terdapat beberapa teknik pematangan buah secara buatan, seperti: penggunaan karbit pada buah. Karbit dapat mempercepat pematangan buah pasca panen sebab mengandung zat etilen dalam bentuk gas. Etilen merupakan hormon pematangan yang produksinya akan mengalami peningkatan dengan cepat hingga buah mengalami pembusukan. Hal ini didukung oleh pendapat Siahaan (2020) yang menyatakan bahwa karbit dihasilkan dari batuan kapur dan kokas yang dipanaskan pada suhu yang tinggi, reaksinya yaitu CaO + 3C → CaC2 (karbit) + CO. Menurut pendapat Wisnu Broto, et al (2020), mekanisme karbit dalam mempercepat pematangan buah yaitu direaksikan dengan air sehingga menghasilkan gas etilen dan kalor yang dapat mempercepat pematangan buah, reaksinya yaitu CaC2 + 2H2O (Kalsium karbida + Air) → C2H2 + Ca(OH)2 (gas asetilen (+kalor) + kalsium hidroksida (residu)).

         Selain itu, karbit juga dapat meningkatkan respirasi pada buah, sehingga pektin akan terhidrolisis dan larut air yang mengakibatkan daya rekat antar sel berkurang dan tekstur buah akan menjadi lebih lunak (Firmansyah, et al 2022). Semakin banyak karbit yang ditambahkan, semakin cepat pula respirasi buah dan juga hidrolisis pektin sehingga proses pematangan buah juga akan menjadi lebih cepat. Namun menurut pendapat Almaidah, et al (2022) penggunaan karbit memiliki beberapa kelemahan yaitu akan menimbulkan bau yang tidak sedap, bagian buah yang terkena karbit akan menjadi kotor, rasa buah menjadi kurang manis, buah yang dihasilkan memiliki tingkat kematangan yang tidak seragam, kandungan gizi pada buah yang menurun, hingga limbahnya yang dapat merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia.

         Oleh karena itu terdapat alternatif lain yang dapat diaplikasikan untuk mempercepat pematangan buah, diantaranya: pertama, penggunaan etilen cair (zat ethrel) yang disemprotkan langsung pada buah. Prinsip kerjanya sama seperti penggunaan etilen serbuk. Etilen merupakan hormon pematangan yang produksinya akan mengalami peningkatan dengan cepat hingga buah mengalami pembusukan. Kedua, dilakukan penyemprotan dengan minuman berenergi seperti Extra joss. Minuman ini mengandung vitamin B-kompleks yang mana dapat meningkatkan metabolisme sel dan dapat membantu mempercepat laju kematangan dalam buah. Terakhir, dilakukannya pemeraman dengan karbit yang dikombinasikan dengan kain basah. Hal ini bertujuan agar karbit tidak kontak langsung dengan kulit pisang, sebab dapat menyebabkan kulit menjadi menghitam atau gosong.

 

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun