"Ibuu, pusing banget kepala saya, doakan sembuh ya bu."
"Ya Allah, apa yang harus ibu lakukan. Ingin sungguh merawatmu tapi tidak mungkin," sesenggukan nada khawatir terdengar.
Ibu saya usia 70 an, ada 2 ring terpasang di jantungnya, pemilik diabetes, mustahil saya mengijinkan beliau datang, resiko tinggi.
"Doakan saja nggih buk, bacakan saya quran, saya dengar."
Lantunan suara ibu mengaji terdengar lewat gawai, merdu. Beberapa surat ditutup sholawat tibul qulub, ibu meminta saya menirukan hingga rasanya saya tertidur.
Saat terbangun, kembali ibu saya telepon memberi kabar.
"Bu Alhamdulillah sudah membaik, tapi ini masih nggliyeng pusing."
"Ke dokter, kamu harus ke dokter. Periksakan diri, jangan punya pikiran macam-macam. Yang penting kesehatanmu. Jangan sok pintar, diagnosa harus benar. Penanganan harus tepat, kalau tidak ibu akan mengirim orang untuk mengantarmu ke dokter."
Tak ingin itu terjadi, ide nggojek saya utarakan. Ibu setuju dengan permintaan update perkembangan. Foto, video call sebagai bukti.
Tidak ada ojeg onlen di desa saya. Mencari informasi nomor-nomor tukang ojeg saya lakukan, dapat. Saya minta dia mengantrikan dulu ke dokter praktik. Bukan Puskesmas karena faskes BPJS saya untuk dokter praktik pribadi yang jauh di kota Batu.
Pindah faskes saya lakukan saat anak saya dulu mengalami kecelakaan jatuh, gigi rompal, saya bawa ke dokter gigi praktek mengingat  IGD puskesmas tidak ada layanan untuk insiden gigi. Efisiensi, anjuran dokter juga, seketika pindah faskes. Untuk saya dan si bungsu. Sementara Emak dan si Sulung Iqbal tetap di Puskesmas.
****