Rutin sulung saya yang bernama Iqbal meminumnya. Saya layani kebutuhan logistik laiknya perawat di rumah sakit. Masuk kamarnya hanya ketika memberi makan, menggunakan masker double, memisahkan pakaian kotornya, juga alat makan. Lalu mencucinya dengan sabun sampai bilas terakhir dengan air mendidih.
Karena tak memakai APD tiap dari kamarnya saya ganti baju. Mencuci, mandi juga. Kamar mandi sering saya sikat bersihkan dengan pembersih kimia, kuatir kalau-kalau ada cipratan air kencing. Dinding, handle pintu, tiap hari saya bersihkan pula.
Saya larang betul dia keluar kamar. Berjemur dilakukannya di kamar juga, kebetulan jendela kamarnya menghadap timur sehingga begitu matahari menyingsing, sorotnya memasuki kamar. Saya minta dia duduk di tempat yang terkena cahaya matahari itu.
 Untuk sholat saya minta dia tayamum, namun untuk BAB atau BAK dia mau ke kamar mandi. Waspada, saya minta dia langsung menyiram dengan pembersih kimia toilet usai  melakukan BAB atau BAK itu. Berhari-hari sampai dia berkata.
"Umi, saya sudah bisa merasakan manis."
Itu terjadi sekitar seminggu dari dia mengurung diri. Baik, saya perbolehkan keluar kamar, berjemur di teras rumah dengan memakai masker. Mandi dan kramas dia lakukan pula. Tapi hanya saya beri waktu kurang satu jam. Langsung saya minta ke kamar lagi.
Ada emak mertua berusia hampir 80 tahun di rumah saya, rentan, takut tertular. Sehingga sebisa mungkin interaksi dengan si sulung saya batasi. Kalau butuh apa-apa kami saling chat atau telpon.
Tanggal 25 an Juli tumbang diri saya ini, padahal sudah vaksin. Batuk menyerang, demam, pusing luar biasa saya rasakan. Untung ada obat-obat persediaan. Rutin saya minum juga dengan yang dikirimi Koko Rudy Gunawan.
Isoman itu betul-betul membuat saya pontang panting pikiran. Kebutuhan makan saya telpon saudara atau tetangga, memintanya mengirim ke rumah. Uang pembelian saya transfer supaya tak ada kontak.
Terima kasih tak terhingga, Bude mengirim sejumlah uang begitu tahu saya isoman. Mas, Kakak saya kandung akan datang terhalang cegatan PPKM. Adik ipar, yang rumahnya di Malang sampai kirim sembako dan aneka bahan makan lewat jasa kurir. Kawan kerja dekat rumah, sering mengirim makanan siap konsumsi.
"Sampean butuh apa bu Anis, tak belanjakan nanti tak antar ke rumah," tawar Bu Leni dan bu Khusnul dan Bu Fatoyah.