"Kau tak kan bisa membukanya sayang, kunci ada padaku."
Setengah ketakutan aku masih berdiri di dekat pintu. Mematung hingga John datang menghampiri.
"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu. Kita bicara ya."Â Nada suara lembut, ditingkah mesra usapan pada pipiku. Sedikit menenangkanku.
Digamitnya lengan tanganku, dia ajak duduk di kursi sofa panjang dalam kamar. Korden dibuka. Kaca bening  lebar menampilkan pemandangan menakjubkan Kuningan malam. Cahaya di mana-mana. Belum lagi kerlip bintang yang memenuhi langit Jakarta. Keelokan sempurna peluruh kesedihan.
" Kita makan malam ya." Ucap John penuh kelembutan saat aku mulai bisa menghentikan tangisan.
Anggukanku mengisyaratkan setuju. Sedikit melupakan kejadian mengerikan yang tadi hampir kualami.
Hantaran makan malam telah datang. Pelayan hotel menatanya di meja kami duduk. Ada lilin juga bunga selain menu utama. John pria romantis ternyata.
Kutatap meja tak berkedip, John memesankan aku nasi putih. Menyesuaikan kebiasaan perutku katanya. Ada aneka cah sayur, sup iga dan steak untuknya.
"Spyci sauce kupesan khusus untukmu."
Air putih di gelas berleher kuteguk dahulu sebelum memulai makan. Kugunakan sendok garpu, sementara John tambah dengan pisau pula untuk memotong-motong irisan daging steaknya.
"Kuputar musik ya, kau suka lagu apa?"