Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cara Unik Miss Anday Tolak Omnibus Law

11 Oktober 2020   05:40 Diperbarui: 11 Oktober 2020   05:54 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Cinta, aku ingin ketemu di taman pohon Cipluk an itu, kau masih ingat?"

"Iya, tentu saja, tempat kita ndlosor bersama nyari kutu yang setia bersarang di kepalamu itu kan?"

"Haha, kau memang pengingat yang sempurna, nanti aku ke sana jam 7 malam. Kau datanglah dengan baju putih."

Sejurus Miss Anday bingung dengan chat sang suami rahasia yang konon anggota dewan itu. Mengapa di sana, mengapa harus pakai baju putih-putih? Apa agar terlihat seperti Kuntil Anak? Supaya tidak terdeteksi nyonya besar istri sahnya?

 Sebagai suami rahasia, Bambang, sebut saja begitu untuk suami Miss Anday memang  menawan. Meski tentu saja usianya sudah matang tapi dia terlihat mkin seksi dengan kepalanya yang mulai beruban. Karena cinta sekonyong koder maka Miss Anday tak bisa berpaling ke lain orang.

Jaman kuliah dahulu Bambang adalah kekasih terang sebelum kemudian hubungan itu kandas. Orang tua Bambang yang berdarah biru dongker menjodohkan Bambang dengan anak orang kaya. Pemilik perusahaan tusuk gigi terbesar di negeri tetangga jauh.

Miss Anday akhirnya hanya bisa menjadi kekasih gelap, wanita simpanan tuan Bambang. Istri rahasia yang kehadirannya harus lewat janjian dahulu jika ingin menghabiskan malam.

Tuan Bambang tak mau ke rumah Miss Anday karena takut ketahuan telik sandi Nyonya Tua Bambang. Sehingga harus menjemput di sebuah tempat rahasia untuk menghabiskan malam berdua saja.

Seperti akhir pekan saat ini, merupakan kesekian Miss Anday diajak bertemu di Pohon Ciplukan yang kata sebagian suku menyebutnya Cecendet pula. Sebuah pohon Favorit Bambang untuk rebahan sebelum meluncur ke hotel atau penginapan.

Namun, untuk kali ini Miss Anday enggan betul menemui Bambang. Ini gegara Omnibus Law. Miss Anday yang menjadi tenaga kerja di sebuah perusahaan korek kuping merasa tak suka. Undang-undang itu kata orang merugikan karyawan atau buruh seperti dia. Makanya dia ingin ikut demo juga tapi tidak bisa.

Perawatan muka yang sedang dia jalani mengharuskan menghindari matahari. Kalau memaksa ikut bisa - bisa kulitnya menjadi kasar. Lebih kasar dari kulit buaya. Kan berabe tuh. Makanya dia menahan diri untuk tidak turun ke jalan.

Pikir punya pikir, unjuk rasa tidak harus membahayakan diri. Yang penting kan aspirasi tersampaikan untuk kemudian ditindak lanjuti.

Satu cara ditemukan Miss Anday untuk ikut terlibat kehebohan demo itu. Dengan caranya sendiri, cara yang tidak akan diduga banyak orang tapi dijamin keefektifannya. Yakni langsung menekan anggota dewan yang tidak lain suaminya sendiri.

Supaya lebih efektif, temannya sesama istri simpanan yang tergabung dalam Aliansi Istri Simpanan Anggota Dewan, disingkat AISAD bakal diajak serta. Yakin maulah, karena Miss Anday adalah ketua organisasi rahasia itu.

Uang memang bukan masalah bagi para anggota AISAD, tetapi prestis sebagai wanita karir akan terancam bila UU itu dilaksanakan. Hak-hak sebagai karyawan yang selama ini dinikmati bakal terkoreksi, terutama tentang hak cuti.

Ini tidak boleh dibiarkan, harus dilawan. Padahal Miss Anday juga tidak mengerti seratus persen isi Undang-Undang itu. Yang dia tahu hanya sepenggal saja. Itupun dari yang tersiar di media massa. FB maupun WA.

Rasa ingin melawan yang kuat membuatnya mengutarakan cara ini pada sang suami rahasia. Setengah mengancam namun dijamin bakal lolos dari jerat hukum. Yakni klausul untuk meninjau  kembali UU cipta kerja.

" Sudah di dok, tak mungkin dirubah," kata Bambang pada Miss Anday dalam perincangan.

"Oh ya? Apakah anggota dewan yang terhormat tidak punya nyali untuk mengusulkan peninjauan kembali?" Miss Anday ngotot mempertahankan argumennya.

"Sudahlah sayang, tidak perlu dibahas itu. Yang penting kita tetap bisa bercinta."

"Kalau Mas tidak bisa mengusulkan aku tak segan bertindak."

"Apa yang akan kamu Lakukan?"

"Aku akan ngasih tahu nyonya tua tentang hubungan kita."

"Loh, loh apa hubungannya."

"Nah, takut kaan, makanya usulkan pencabutan dan aku akan tetap diam. Aku bisa kerja dengan tenang mas juga."

"Tidak mungkinlah sayang, suaraku cuma sendiri, bagaimana mungkin didengar?"

"Kalau begitu kucarikan teman ya?"

"Apa maksudmu?"

"Akan kuajak semua wanita-wanita simpanan anggota dewan untuk ikut bersuara, tidak turun ke jalan apalagi sampai bakar-bakar. Cukup lewat medsos saja."

"Haduh-haduh, jangan begitulah sayang. Sebentar ya, sabar dulu. Mas cari jalan keluar yang enak."

"Okeh, kutunggu 1x 24 jam. Kalau mas terlihat ada indikasi mengabaikan, pasukanku siap bergerak."

Sejuta pikiran mampir memenuhi otak Bambang. Mencari cara memenuhi tuntutan sang istri rahasia tercinta. Tidak ada gerakan apa-apa di bawah pohon cipluk an selain rebahan memandang bintang.

Cara unik Miss Anday menolak Omnibus Law betul-betul telah mampu memadamkan nafsu mencari kutu Bambang. Konsentrasi menemukan jalan keluar dari  situasi simalakama ini. Menuruti Miss Anday berarti melawan konsesus, tidak menuruti rahasia hubungan akan dibongkar.

"Apa yang harus kulakukan?"

Hanya kalimat itu yang berulang kali memukuli otak Bambang. Hingga hujan rintik turun dan mengharuskan keduanya segera angkat kaki dari rebahan.

Anis Hidayatie, untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun