"Cinta, aku ingin ketemu di taman pohon Cipluk an itu, kau masih ingat?"
"Iya, tentu saja, tempat kita ndlosor bersama nyari kutu yang setia bersarang di kepalamu itu kan?"
"Haha, kau memang pengingat yang sempurna, nanti aku ke sana jam 7 malam. Kau datanglah dengan baju putih."
Sejurus Miss Anday bingung dengan chat sang suami rahasia yang konon anggota dewan itu. Mengapa di sana, mengapa harus pakai baju putih-putih? Apa agar terlihat seperti Kuntil Anak? Supaya tidak terdeteksi nyonya besar istri sahnya?
 Sebagai suami rahasia, Bambang, sebut saja begitu untuk suami Miss Anday memang  menawan. Meski tentu saja usianya sudah matang tapi dia terlihat mkin seksi dengan kepalanya yang mulai beruban. Karena cinta sekonyong koder maka Miss Anday tak bisa berpaling ke lain orang.
Jaman kuliah dahulu Bambang adalah kekasih terang sebelum kemudian hubungan itu kandas. Orang tua Bambang yang berdarah biru dongker menjodohkan Bambang dengan anak orang kaya. Pemilik perusahaan tusuk gigi terbesar di negeri tetangga jauh.
Miss Anday akhirnya hanya bisa menjadi kekasih gelap, wanita simpanan tuan Bambang. Istri rahasia yang kehadirannya harus lewat janjian dahulu jika ingin menghabiskan malam.
Tuan Bambang tak mau ke rumah Miss Anday karena takut ketahuan telik sandi Nyonya Tua Bambang. Sehingga harus menjemput di sebuah tempat rahasia untuk menghabiskan malam berdua saja.
Seperti akhir pekan saat ini, merupakan kesekian Miss Anday diajak bertemu di Pohon Ciplukan yang kata sebagian suku menyebutnya Cecendet pula. Sebuah pohon Favorit Bambang untuk rebahan sebelum meluncur ke hotel atau penginapan.
Namun, untuk kali ini Miss Anday enggan betul menemui Bambang. Ini gegara Omnibus Law. Miss Anday yang menjadi tenaga kerja di sebuah perusahaan korek kuping merasa tak suka. Undang-undang itu kata orang merugikan karyawan atau buruh seperti dia. Makanya dia ingin ikut demo juga tapi tidak bisa.
Perawatan muka yang sedang dia jalani mengharuskan menghindari matahari. Kalau memaksa ikut bisa - bisa kulitnya menjadi kasar. Lebih kasar dari kulit buaya. Kan berabe tuh. Makanya dia menahan diri untuk tidak turun ke jalan.
Pikir punya pikir, unjuk rasa tidak harus membahayakan diri. Yang penting kan aspirasi tersampaikan untuk kemudian ditindak lanjuti.