Mohon tunggu...
aniesa puspitasari
aniesa puspitasari Mohon Tunggu... Freelancer - penyuka hujan dan segelas teh hangat

perempuan pecinta hujan dan puisi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kupu Hitam

10 Juli 2024   17:57 Diperbarui: 10 Juli 2024   17:59 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Bapaaak!” sepertinya itu suara bapakku sendiri.

“ Jangan bicara kamu masih lemah nak, maafkan tak menolongmu dari tadi. “, ku tak bisa melihatnya, kurasakan  harum  tubuhnya  sambil membawa tubuhku yang lemah pulang.

 “Mayaa ibuku segera memelukku erat”

“Ibu...bapak Saritem nasibnya bagaimana?”

“ Saritem tewas sama bapaknya nak, Alloh SWT telah menghukum mereka berdua. Rumah Mbah Mijan tersambar petir kemudian terbakar hebat. Semua orang lari menyelamatkan dirinya masing-masing. Mbah Mijan terkena atap rumah dan tewas. Kemudian turun hujan lebat Nak,” ibuku bercerita panjang lebar.

 Kulihat kumpulan kupu-kupu hitam terlihat beterbangan menjauhi puing rumah mbah Mijan. Terlihat dari rumahku yang berjarak 200 meter dari rumahnya. Semoga ini pertanda baik untuk desaku.

https://bit.ly/KONGSIVolume1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun