“Bapaaak!” sepertinya itu suara bapakku sendiri.
“ Jangan bicara kamu masih lemah nak, maafkan tak menolongmu dari tadi. “, ku tak bisa melihatnya, kurasakan harum tubuhnya sambil membawa tubuhku yang lemah pulang.
“Mayaa ibuku segera memelukku erat”
“Ibu...bapak Saritem nasibnya bagaimana?”
“ Saritem tewas sama bapaknya nak, Alloh SWT telah menghukum mereka berdua. Rumah Mbah Mijan tersambar petir kemudian terbakar hebat. Semua orang lari menyelamatkan dirinya masing-masing. Mbah Mijan terkena atap rumah dan tewas. Kemudian turun hujan lebat Nak,” ibuku bercerita panjang lebar.
Kulihat kumpulan kupu-kupu hitam terlihat beterbangan menjauhi puing rumah mbah Mijan. Terlihat dari rumahku yang berjarak 200 meter dari rumahnya. Semoga ini pertanda baik untuk desaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H